Kamis, 27 November 2014

Jilbab Hati atau Jilbab Aurat Dulu?

Ilustrasi. (twitter.com/FaziaHijab)Yang penting hatinya berjilbab dulu…baru memakai jilbab beneran”.
Saya belum berani berjilbab … belum pantas”.
Sebenarnya sudah pingin sekali berjilbab, Mbak … tapi aku masih seperti ini. Pantaskah?”
Kita mungkin pernah mendengar ungkapan–ungkapan demikian atau yang sejenis. Kemarin, sahabat saya sendiri pun mengatakan hal serupa. Pertanyaan baliknya, “Jika merasa belum pantas mengenakan jilbab, apakah tidak berjilbab akan lebih pantas?”
Merasa diri masih banyak kekurangan, sah–sah saja. Memang lebih baik demikian daripada merasa diri sudah numero uno, sudah good enough sehingga tidak perlu memperbaiki segala yang masih perlu direnovasi. Kewajiban kita adalah introspeksi diri agar kita tidak termasuk orang–orang yang merugi karena hari ini tidak lebih baik dari kemarin. Tapi untuk urusan berjilbab, ceritanya lain.
Menutup aurat adalah perintah Allah SWT terhadap kaum Hawa. Allah memerintahkan agar kaum wanita menjulurkan jilbabnya menutupi seluruh tubuh. Seperti yang termaktub dalam kedua ayat berikut ini:
“Katakanlah kepada wanita-wanita beriman: ‘Hendaklah mereka menahan pandangan mereka, dan memelihara kemaluan mereka, dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka kecuali yang (biasa) nampak daripadanya.’” (Qs. An-Nuur: 31)
Dan firman-Nya,
“Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, ‘Hendaklah mereka menjulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenali, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. Al-Ahzaab: 59)
Perintah untuk berjilbab diturunkan oleh Allah SWT untuk melindungi kaum wanita dari gangguan-gangguan yang dapat merusak kemuliaan dan kehormatannya dalam segala aspek kehidupan mengingat wanita identik dengan makhluk lemah yang berliput keindahan. Sebagaimana yang pernah disabdakan oleh Abul Qasim Muhammad bin ‘Abdullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang artinya,
“Wanita itu adalah aurat, jika ia keluar rumah, maka syaithan akan menghiasinya.” (Hadits shahih. Riwayat Tirmidzi (no. 1173), Ibnu Khuzaimah (III/95) dan ath-Thabrani dalam Mu’jamul Kabiir (no. 10115), dari Shahabat ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhuma)
Ketika krenteg dalam hati untuk memakai jilbab sudah muncul, alangkah baiknya jika segera diwujudkan. Menunggu menjilbabi hati, akan sampai kapan? Adakah standard khusus hingga seperti apa hati kita lantas kita sudah disebut layak untuk berjilbab? Sampai hati kita benar–benar seputih salju? Mungkinkah? Malaikat namanya jika tidak berbuat dosa sama sekali. Sedangkan kita, hanya manusia biasa yang melakukan amar ma’ruf, tapi juga melakukan kesalahan dan dosa.
Menjilbabi hati beranalogi dengan khusyu’ dalam shalat. Kita harus khusyu’ ketika mengerjakan shalat. Melupakan segala hal yang bersifat duniawi dan hanya mengingat Allah SWT semata. Tentu saja, sangat sulit dilakukan. Tapi apakah lantas kita berhenti shalat karena merasa belum bisa khusyu? Sebaliknya, kita terus mengerjakan shalat dan sedikit demi sedikit terus belajar agar lebih khusyu’. Jika kita berhenti mengerjakan shalat, maka kita tidak akan tahu seperti apa rasanya khusyu’. Demikian juga hati, semestinya tidak menjadi penghalang ketika kita ingin mengenakan jilbab. Alangkah baiknya jika mulai hari ini kita kenakan jilbab, lalu seterusnya sedikit demi sedikit kita belajar memperbaiki hati kita.
Menjilbabi aurat, sebenarnya adalah menjilbabi hati juga. Mempercantik aurat sama halnya dengan mempercantik hati kita. Saya katakan demikian sebab memakai jilbab adalah perintah paten dari Illahi Rabbi. Tidak bisa ditawar-tawab lagi kecuali bagi wanita–wanita yang tidak terkena kewajiban memakainya. Membayangkan gerahnya berjilbab di saat udara panas, meninggalkan baju–baju bagus yang dimiliki untuk diganti dengan busana muslimah, menutupi rambut dengan selembar jalabib padahal biasanya dipuji–puji orang karena indah berkilau, menutupi leher jenjang yang biasanya menjadi daya tarik tersendiri. Duhh…beratnya. Ketika kita bismillaah memantabkan niat untuk berjilbab, meninggalkan semua yang memperberat langkah untuk berjilbab, artinya kita menangkan satu peperangan besar melawan diri sendiri. Maka bertambah cantiklah hati kita karena sekali lagi kita kalahkan hawa nafsu dan menggantinya dengan bi tho’atillaah.
Jadi, manakah yang didahulukan? Menjilbabi hati atau menjilbabi aurat dulu? Jawabnya mari kita lakukan keduanya bersama–sama sebab ketika kita menjilbabi aurat sebenarnya kita telah satu langkah menjilbabi hati kita.
Berjilbab bukan hanya sebuah identitas fisik sebagai seorang muslimah. Menutup aurat adalah perintah wajib yang merupakan bukti ketaatan terhadap perintah Allah SWT dan Rasul-Nya sebagaimana kewajiban shalat, puasa, haji bagi yang mampu, dan ibadah-ibadah lainnya. Ketika kita ingin menjadi muslimah yang kaaffah, maka sudah seharusnya kita terketuk untuk melaksanakan perintah-Nya, bukan?
Wallahu a’lam bisshawab.

Di Balik Jilbab Seorang Muslimah

Ilustrasi. (deviantart.com / zetrum)Dahulu, masyarakat memandang sebuah jilbab yang dikenakan seorang wanita adalah hal yang belum lazim. Bisa dikatakan jumlah wanita berjilbab kala itu masih minim. Beberapa pandangan tertentu dari masyarakat terhadap seseorang yang mengenakan jilbab, membuat sebagian besar wanita yang beragama Islam masih enggan atau merasa belum siap mengenakan penutup aurat itu. Namun, sekarang zaman telah berubah. Kini, berjilbab tengah digandrungi oleh masyarakat. Jilbab seakan menjadi gaya berbusana (fashion) tersendiri yang digemari.
Pada dasarnya, berjilbab dan menutup aurat memang sudah menjadi kewajiban bagi setiap muslimah. Seperti tercantum dalam Al-Qur’an Surat Al-Ahzab ayat 59:
“Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Dari Surat Al-Ahzab tersebut, kita sebagai wanita memang sudah seharusnya mengenakan jilbab dan menutup aurat. Dan, bolehlah kita mengucap syukur dengan fakta bahwa dewasa ini sudah banyak kita jumpai para wanita mengenakan jilbab, dari anak-anak, remaja, sampai ibu-ibu.
Namun, yang perlu kita perhatikan adalah pada masa kini esensi dari berjilbab seakan sudah memudar. Jilbab yang seharusnya difungsikan sebagai penutup aurat, kini telah menjadi gaya berbusana (fashion) bagi para wanita. Tujuan mereka mengenakan jilbab bukanlah lagi sebagai penutup aurat, melainkan sebagai suatu cara untuk terlihat lebih modis dan lebih menarik.
Model berjilbab pun kini sudah bermacam-macam. Jilbab tak lagi dipandang sebagai kain, bahan, atau semacamnya yang menutupi aurat, terutama bagian dada. Jilbab yang seharusnya menjuntai ke bawah menutupi dada, kini malah berbelit-belit di kepala dan menyisakan sedikit bagian yang menutupi dada. Jilbab modis, begitu orang-orang menyebutnya.
Begitu pun dengan pakaian. Sudah banyak kita menemukan pemandangan di mana terdapat wanita berjilbab mengenakan pakaian yang ketat. Lekuk tubuhnya pun masih jelas terlihat. ‘Mengundang’ kaum adam untuk melemparkan pandangannya. Mereka seakan sudah tidak mempedulikan hal tersebut lagi. Yang terpenting adalah bagaimana mereka terlihat lebih modis dengan gaya berbusana dan jilbab model terbaru, serta bagaimana mereka bisa tampil menarik di muka umum.
Jika banyak wanita muslimah yang mengaku berjilbab namun masih memperlihatkan aurat-aurat—dengan menutupi hanya sekadarnya dan memakai pakaian-pakaian yang ketat—apa bedanya dengan mereka yang belum berjilbab? Memang, setidaknya mereka yang mengenakan jilbab modis tersebut sudah melaksanakan perintah Allah SWT, tapi apakah cukup hanya sekadar menutup aurat? Jika kita memang muslimah yang beriman dan bertakwa, sudah barang tentu kita menjalankan perintah Allah SWT sepenuhnya, bukan setengah-setengah.
Lagipula, bukankah sudah disebutkan dalam Al-Qur’an pada QS An-Nuur ayat 31:
 “Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya…”
Sebagai wanita yang beriman, seharusnya kita menyadari bahwa jilbab tak seharusnya dijadikan sebagai ‘perhiasan’. Jilbab bukanlah untuk menarik perhatian, melainkan menjaga pandangan para kaum adam terhadap kita, para wanita.
Oleh sebab itu, alangkah baiknya jika kita, para wanita muslimah, membenahi diri mulai dari sekarang. Mari, renungkan kembali alasan kita berjilbab dan menutup aurat. Janganlah semata-mata demi penampilan kita memilih untuk berjilbab. Berjilbablah untuk menata diri menjadi pribadi yang lebih baik, berjilbablah untuk menjaga akhlak, dan berjilbablah hanya karena Allah SWT, bukan karena alasan yang lain. Semoga dengan adanya usaha perbaikan diri, kita termasuk golongan orang-orang yang beruntung di dunia maupun di akhirat.

Demi Jilbab, Seorang Murid di Kosovo Terusir dari Kelas

Florinda Zeka telah bertekad. “Jika mereka meminta saya menanggalkan jilbab, saya tak akan melakukannya,” ujarnya. Gadis berusia 17 tahun ini sejak Maret lalu terpaksa harus meninggalkan sekolah karena berjilbab. Ia tertimpa dampak kebijakan Pemerintah Kosovo yang melarang penggunaan jilbab di sekolah-sekolah umum.Dengan kebijakan itu, Zeka yang tinggal di pinggiran kota wilayah Kosovo Tengah ini dipaksa untuk memilih. Dan ia telah menjatuhkan pilihannya, meninggalkan sekolah. “Sebab, bagi saya jilbab lebih penting dibandingkan sekolah. Jilbab hal paling berharga di dalam kehidupan saya,” katanya seperti dikutip BBC, Selasa (24/8).
Kini, otoritas lokal sedang mempertimbangkan keputusan apakah akan mengizinkan Zeka kembali ke kelas atau tidak, setelah liburan musim panas ini. Ia mengungkapkan kesedihannya atas munculnya larangan jilbab. Ia pun merasakan diskriminasi. Sebab, ia ingin memiliki hak seperti orang lain, bersekolah.
Ia benar-benar rindu kembali ke sekolah, tentu dengan penutup auratnya. Kosovo, yang secara unilateral mendeklarasikan kemerdekaannya dari Serbia pada 2008 silam, menetapkan larangan jilbab di sekolah umum pada akhir tahun lalu. Langkah ini dianggap pemerintah sesuai dengan konstitusi yang menyatakan Kosovo negara sekuler.
Namun, sejumlah kalangan meyakini motif sebenarnya adalah keinginan pemerintah agar Kosovo seperti negara Barat. Yang menegaskan bahwa mereka benar-benar menganut nilai-nilai Eropa. Dengan harapan, Kosovo secara mudah bisa bergabung dalam Uni Eropa. Langkah yang hampir sama dilakukan Turki.
Di sisi lain, mereka menunjuk kan satu fakta lainnya. Untuk mencapai tujuannya, pemerintah mendorong pembangunan katedral Katolik besar yang kini masih berlangsung. Lokasinya di ibu kota negara, Pristina. Sedangkan Muslim, yang jumlahnya lebih dari 90 persen dari populasi, terpaksa harus shalat hingga trotoar.
Hal ini terjadi karena sempitnya masjid-masjid yang ada di kota tersebut. Deputi Menteri Luar Negeri Vlora Citaku, menyampaikan dalih pemerintah soal pelarangan busana Muslimah. “Jilbab di Kosovo bukan elemen dalam identitas kami. Jilbab merupakan pertanda penyerahan diri perempuan kepada laki-laki,” katanya.
Menurut dia, tak mungkin seorang gadis berusia 16 tahun atau 17 tahun mampu membuat keputusan secara sadar untuk memakai jilbab. Ia mengatakan, pelarangan tak akan diberlakukan di universitas. Pemerintah, kata dia, mempertimbangkan soal kedewasaan terkait jilbab.
Secara umum, jelas dia, ada persepsi bahwa setelah berumur 18 tahun ke atas seseorang mampu membuat keputusan secara mandiri. Dengan demikian, perempuan itu melakukan sesuatu bukan karena dorongan atau paksaan di luar dirinya. Ia menegaskan, banyak orang yang mendukung larangan jilbab di sekolah-sekolah umum.
Menurut dia, daripada memberikan fokus pada kelompok marginal lebih baik perhatian diberikan kepada mereka yang mayoritas. Banyak orang tua menyampaikan rasa khawatir tentang anaknya yang mengenakan jilbab. Pada Juni lalu, keputusan pemerintah ini memicu unjuk rasa 5.000 orang di Pristina.
Para pemimpin Muslim menegaskan, mereka akan mengadukan pemerintahnya ke Pengadilan HAM Eropa jika keputusan pelarangan jilbab itu tak dihapuskan. Besa Ismaili, salah seorang yang menentang pelarangan penggunaan jilbab di sekolah umum, menyatakan kebijakan itu mempengaruhi dukungan publik terhadap Pemerintah Kosovo. (irf/Ferry Kisihandi/RoL)

Tahani Amer, Ilmuwan Berjilbab di NASA

Penampilan perempuan itu mencolok di jajaran foto pegawai perempuan di Badan Antariksa Amerika  Serikat (NASA), terpampang di lamanWomen@NASA. Dia satu-satunya yang mengenakan kerudung.
Nama perempuan itu Tahani Amer, doktor bidang teknik dari Old Dominion University di Norfolk, Virginia. Sehari-hari, ia bekerja di cabang Computational Fluid Dynamics (CFD) atau Komputasi Dinamika Fluida NASA. Di situ dia berjibaku dengan kode komputer CFD sampai memanjat langit-langit  terowongan angin untuk memasang alat  pengukur kecepatan.
“Aku seorang muslim Amerika, pegawai NASA, yang tumbuh di pinggiran kota Kairo, Mesir,” kata Amer, seperti dimuat situs NASA.
Minat Amer pada teknik timbul saat ia melihat ayahnya memperbaiki mesin mobil di apartemennya yang kecil di Mesir. Sementara kecintaannya pada matematika memuluskan jalannya menjadi insinyur aeronautika yang bekerja di salah satu lembaga paling terkemuka dunia. “Bagi saya, pendidikan adalah kunci yang membuka banyak peluang,” kata dia.
Amer menceritakan awalnya ia ingin masuk sekolah kedokteran di Kairo. Namun, pilihan hidupnya mengubah cita-citanya. Ia menikah di usia 17 tahun dan pindah ke Amerika Serikat.
“Matematika adalah subyek favorit saya,” kata dia. “Saat tiba di AS pada 1983 dan masuk ke kelas kalkulus pertama saya, saya tak bisa bicara satu katapun dalam Bahasa Inggris. Tapi saya bisa memperoleh nilai A dalam mata pelajaran itu,” cerita dia. Saat itulah Amer merasa, karirnya di bidang teknik akan menjadi masa depannya.
Ia pun berhasil menyelesaikan kuliah non-gelarnya di bidang teknik dalam dua tahun, sembari mengasuh dua anaknya yang masih kecil. Lalu ia meraih gelar sarjana di bidang teknik, disusul master di teknik aeronautika, dan lalu doktor di bidang teknik.
Amer memulai karirnya di NASA pada tahun 1992, di proyek CFD. Sejak itulah ia mendapatkan banyak pengalaman berharga bekerja sama dengan banyak ilmuwan cerdas yang mencintai pekerjaannya. Lalu, ia bekerja di salah satu terowongan angin NASA untuk melakukan eksperimen tekanan dan termal cat sensitif. “Aku bekerja dengan kode-kode komputer CFD dan memanjat langit-langit untuk menginstal alat kecepatan. Ini luar biasa, aku seperti gadis kecil di ‘toko permen’ NASA. Segalanya terasa mungkin.”
Amer mengaku tak pernah merasa bosan bekerja di NASA. Ia bahkan berhasil menemukan dan mematenkan sistem untuk mengukur konduktivitas termal film tipis.
Mendapat anugerah otak encer dan kesempatan memperoleh pendidikan, membuat Amer tak pelit berbagi ilmu. Ia rajin ikut serta dalam program sosial yang  diselenggarakan NASA.
Ia pun aktif di masjid, untuk mengajar soal Islam dan mengaji Alquran untuk anak-anak. “Paska serangan 11 September saya ikut serta memberi pemahaman tentang Islam di komunitas saya. Saya juga memberi ceramah di gereja-gereja, di banyak universitas, dan sekolah lokal. Bahkan ada surat kabar lokal yang mewawancaraiku soal Islam,” kata Amer.
Selama hidupnya Amer punya tiga prinsip: melayani Tuhan maka Anda melayani semua makhluk; bahwa pendidikan adalah kunci yang membuka peluang; dan berusaha melayani orang lain dengan welas asih dan kebaikan.
“Dengan tiga prinsip itu saya mencoba menerapkan standar hidup sehari-hari untuk menantang diri saya sendiri dalam pekerjaanku di NASA, berusaha terus memperbaiki diri, dan membantu orang lain melalui sebuah organisasi besar: NASA.”
NASA mengembangkan laman Women@NASA sebagai usaha membantu siswi sekolah menengah untuk mengeksplorasi peluang karir di bidang sains, teknologi, teknik, dan matematika. (kd/Elin Yunita Kristanti/Vivanews)

Kini Makin Banyak Muslimah di Serbia yang Berani Kenakan Jilbab

Syiar Islam kini mulai tumbuh subur di Serbia, negara di semenanjung Balkan yang semula berhaluan komunis. Salah satu indikatornya, makin banyak Muslimah yang tak takut lagi menunjukkan identitasnya dengan mengenakan jilbab.
Awal bulan ini, tujuh perempuan muda dan satu wanita dewasa memutuskan untuk mengadopsi pemakaian jilbab hari itu juga setelah menghadiri debat yang berjudul “Bagaimana Muslimah Berbusana”  yang diselenggarakan oleh Universitas Internasional Novi Pazar. Mufti lokal, Muamer Zukorlic, tampil sebagai pembicara.
Keputusan mereka serta-merta didukung hadirin. Mereka bertepuk tangan setelah ke delapan wanita itu keluar dengan penampilan baru mereka, berbalut busana Muslimah.
Secara keseluruhan, hanya sejumlah kecil wanita Muslim di Serbia yang mengenakan jilbab. Namun kecenduran makin meningkatkan perempuan berjilbab baru-baru ini sempat membuat polemik: apakah perlu penggunaan jibab dilarang atau tidak.
Corovic Aida, seorang aktivis hak asasi manusia di Novi Pazar dan kepala Urban In, sebuah LSM advokasi, mengatakan pemakaian jilbab lebih soal fashion daripada iman. Namun jilbab juga bisa merupakan respons terhadap tekanan dari keluarga dan lingkungan. “Kebanyakan perempuan muda di bawah 18 tahun memakai jilbab, dan sebagian besar bahkan tidak menyadari artinya,” katanya.
Muhamed Jusufspahic, wakil Reis-ul-ulama dari  Komunitas islam Serbia mengatakan negara tak perlu mengatur busana warganya. Sebagaimana kaum Muslimah, katanya, pilihan mengenakan jilbab semestinya diserahkan pada mereka.
Selama era Komunis di Yugoslavia, sebuah undang-undang pada tahun 1950 melarang perempuan mengenakan pakaian yang menutupi wajah. Aturan itu akhirnya dicabut.  Saat ini, tidak ada hambatan seperti itu untuk wanita di Serbia. Mereka bahkan bisa difoto untuk dokumen identitas dalam  pakaian Muslimah.
Dalam perang Balkan, serbia menempatkan kaum Muslim sebagai musuh utama. Genosida warga Muslim dilancarkan dan ribuan Muslim syahid dibantai.
Parlemen Serbia tahun lalu menyampaikan permintaan maaf atas peristiwa pembantaian ribuan warga Muslim Bosnia pada Perang Balkan pada 1995. Namun mereka menolak aksi kekerasan saat itu disebut sebagai sebuah peristiwa genosida. (Siwi Tri Puji Bwww.balkaninsight.com/RoL)

Demi Mempertahankan Jilbab, Muslimah ini Rela Mundur sebagai Karyawan Bank dan Bayar Denda 10 Juta

Suryani Wahyu Lestari.  (goriau.com) Hidayah bagi hamba Allah bisa datang kapan saja dan melalui peristiwa yang tidak diduga-duga. Itulah yang terjadi pada diri Suryani Wahyu Lestari, gadis cantik yang kini tercatat sebagai mahasiswi di Jurusan Ilmu Komunikasi STISIP Persada Bunda Pekanbaru ini mendadak memutuskan menutup seluruh auratnya (memakai jilbab), setelah dirawat beberapa hari di salah satu rumah sakit swasta di Pekanbaru.
“Saya memutuskan memakai jilbab sekitar dua minggu setelah keluar dari rumah sakit. Sebelumnya saya terus didukung abang kandung saya dan sahabat-sahabat saya menggunakan jilbab, namun jujur saja ketika itu hati saya belum tergerak ke sana (memakai jilbab). Saya waktu itu masih berfikir, kalau ibadahnya belum mantap, jangan dulu pakai jilbab. Anehnya, dua minggu setelah keluar dari rumah sakit, Bulan Ramadan lalu, saya merasa tidak pantas lagi dan merasa malu memakai rok pendek. Saya berfikir, bagaimana kalau sedetik lagi nyawa saya dicabut malaikat, sementara saya dalam keadaan tidak menutup aurat,” cerita gadis yang akrab dipanggil Ayi tersebut, Minggu (31/8/2014).
“Saya jadi malu, karena ketika memakai rok pendek, kemana pun saya pergi saya merasa laki-laki selalu memperhatikan bagian tubuh saya yang tidak tertutup. Di tempat kerja, karena harus memakai rok agak pendek saya juga merasa tubuh saya selalu jadi sasaran mata laki-laki, sehingga saya merasa malu dan tidak nyaman,” sambungnya.
Setelah memakai jilbab, Suryani mengaku merasa hidupnya lebih nyaman dan lebih terhormat sebagai perempuan. Ibadahnya juga lebih baik dibanding sebelumnya. “Rasanya ibadah saya juga lebih khusyuk. Mungkin jilbab yang saya pakai sekarang belum termasuk kategori jilbab syar’i, tapi saya yakin Allah akan mengarahkan saya ke sana (hijab syar’i),” harapnya.
Ada beberapa konsekuensi yang harus diterima Ayi terkait keputusannya menggunakan jilbab, salah satu di antaranya dia harus mengundurkan diri sebagai karyawati salah satu bank swasta, sebab karyawati bank tersebut tidak dibolehkan menggunakan jilbab. “Banyak orang bilang saya bodoh karena mundur sebagai pegawai bank hanya gara-gara jilbab. Biar saja orang bilang saya bodoh, karena saya sangat yakin, keputusan yang saya ambil adalah yang terbaik bagi saya,” ucapnya dengan mantap.
Suryani tidak hanya harus mundur, namun juga membayar denda Rp10 juta kepada bank bersangkutan, sebab mundur sebelum masa kontrak kerja berakhir. “Meskipun harus mundur dan membayar denda, tapi saya tetap bersyukur pernah bekerja di bank tersebut, karena di sana saya berkesempatan belajar dengan orang-orang hebat,” ungkapnya.
Gadis yang lahir di Kota Pekanbaru tahun 1995 ini mengaku, ibunya termasuk orang yang kaget ketika dia menyatakan ingin memakai jilbab. “Namun setelah saya menjelaskan alasannya, ibu saya akhirnya bisa memahaminya dan mendukung keputusan saya,” jelasnya.
Ayi melanjutkan, masalah lain yang dihadapinya ketika awal memutuskan berjilbab adalah pakaian yang dimilikinya sedikit sekali yang bisa dipadukan dengan jilbab. “Karena dulu saya sering shooting dan ikut modeling, jadi pakaian saya itu umumnya seksi,” ujarnya.
Kini, setelah berjilbab, dia juga harus menolak tawaran pekerjaan dari dunia entertain. “Padahal dulu, shooting itu termasuk hobi terbesar saya, tapi setelah berjilbab saya tak mau lagi menggunakan pakaian pendek. Jadi saya juga harus kehilangan dunia keartisan, padahal dulu cita-cita besar saya tu menjadi artis,” urainya.
“Tapi saya tak menyesal. Selagi saya selalu berusaha berada di jalan Allah, saya yakin Allah selalu bersama saya. Innallaha ma’ashobirin, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar,” kata Ayi dengan mantap.
Dengan telah memutuskan menggunakan jilbab, gadis manis ini berharap dia bisa terus memperbaiki dirinya sesuai tuntunan Agama Islam, sehingga nantinya benar-benar menjadi wanita shaleha. “Mudah-mudahan jadi bidadari surga. Amin,” ucapnya.
Ayi berharap bisa segera mendapatkan pekerjaan yang baik, yang tidak menghalanginya mematuhi ajaran agama yang diyakininya. “Mudah-mudahan saya bisa bekerja di bank syariah nantinya,” harap Ayi.
“Dan yang lebih penting, mudah-mudahan dengan berjilbab, Allah akan memilihkan lelaki yang sangat saleh dan bertanggung jawab sebagai jodoh saya. Amin,” harapnya lagi.
Semoga Allah SWT mengijabah doa Suryani Wahyu Lestari. Amin.  (Hasan Basril/goriau/sbb/dakwatuna)

Jumlah Muslim di AS Meningkat Tajam

Jumlah penduduk Muslim di Amerika Serikat meningkat tajam dalam satu dekade tarakhir. Jumlah umat Muslim di negeri Paman Sam itu mengalahkan jumlah warga Yahudi untuk kali pertama di sebagian besar Midwest dan bagian.
Dalam sebuah sensus agama di AS yang digelar Asosiasi Statistik dari Badan Keagamaan Amerika, Selasa (1/5) waktu setempat, imbas dari meroketnya populasi warga Muslim AS membuat gereja-gereja di AS kehilangan jamaahnya dan sering kosong saat kegiatan agama.
Umat Muslim di AS naik menjadi 2,6 juta orang pada 2010, bertambah dua kali lipat lebih dari satu juta orang pada 2000 lalu. “Kenaikan tersebut karena derasnya arus imigrasi dan jumlah penduduk yang menjadi mualaf,” kata Dale Jones, peneliti yang terlibat dalam sensus asosiasi statistik untuk badan-badan agama di Amerika (ASARB) itu.
Selain Muslim, jumlah pemeluk Mormon atau The Church of Jesus Christ of Latter-day Saints juga meningkat sebesar 45 persen, menjadi 6,1 persen pada 2010. “Di setiap negara bagian Kristen tetap menjadi kelompok agama yang paling tinggi di negeri itu. Tapi kami menemukan sejumlah hal menarik, yakni pertumbuhan pemeluk Mormon, yang tercatat di 26 negara bagian,” kata Jones dalam sebuah konfrensi di Chicago, AS.
Dalam sensus itu, para peneliti mendata jumlah pemeluk dari 236 agama di negeri adidaya tersebut. Anggota keluarga dari pemeluk agama juga termasuk dalam data yang dihitung. Secara umum 55 persen warga AS masih beribadah secara teratur. Meski demikian, sebagian besar survey yang pernah dilakukan menyebut sekitar 85 persen penduduk AS yang mengaku beragama, tidak beribadah secara teratur. Sementara 158 juta orang As mengaku tidak memeluk agama apa pun alias ateis.
Dari sejumlah agama besar, Katolik menjadi agama yang kehilangan pemeluk terbanyak, berkurang sebanyak lima persen menjadi 58,9 juta jiwa selama satu dekade terakhir.
“Katolik mengalami pengurangan jumlah pemeluk paling banyak,” ujar Jones sembari menyebut Maine, tempat terjadinya kasus pelecehan anak oleh pastor.
Di wilayah New England, upacara pemakaman pemeluk Katolik melebihi jumlah pemakaman pemeluk Kristen Baptis. Sedankan jumlah pemeluk Gereja Southern Baptist Convention mempunyai jumlah pemeluk yang stabil, yakni 19,9 juta jiwa selama satu dekade terakhir.
Gereja Metodist kehilangan pemeluk sebanyak empat persen menjadi 9,9 juta jiwa, Gereja Luteran Evangelis kehilangan 18 persen pemeluk menjadi 4,2 juta jiwa, dan Gereja Episkopal kehilangan 15 persen mejadi hanya 1,95 jiwa.
Meski pelan, pemeluk kongregasi-kongregasi protestan Evangelis terus bertumbuh, menjadi 50 juta pemeluk. Uniknya, peningkatan itu terjadi di daerah perkotaan dan hanya terdiri dari komunitas-komunitas yang terdiri dari hanya 100 orang.
Pemeluk Agama Budha juga meningkat drastis di negara-negara bagian di sekitar Rocky Montain, tempat jumlah kuil dan kongregasinya semakin meningkat. Jumlah pemeluk Budha di AS kini tercatat hampir satu juta jiwa. (Karta Raharja Ucu/Reuters/ROL)

Dua Gadis Yahudi Masuk Islam di Masjidil Aqsha Dua Gadis Yahudi Masuk Islam di Masjidil Aqsha

Aisyah dan Hanin (aljazeera)Televisi Aljazeera, Ahad (29/12/2013) memuat sebuah wawancara eksklusif dengan dua orang gadis Yahudi Israel yang baru saja mengikrarkan keislamannya di Masjidil Aqsha. Berikut kisah keislaman mereka yang dirangkai dari petikan wawancara tersebut.
Sembuh dari sakitnya, Aisyah, gadis Yahudi berumur dua puluh tahunan ini menjadi ingin mempelajari agama Islam lebih jauh. Renungan saat menderita sakit membuatnya ingin mengenal Islam. Dia pun bergabung dengan Islamic Center Darussalam, selain juga melalui media dan internet.
Pada tahun 2008, beberapa tahun setelah kedatangannya ke Israel, Aisyah mengunjungi salah seorang temannya di daerah Arab, salah satu wilayah Palestina yang dikuasai oleh Israel. Saat pulang dari sana, dia mendapatkan sebuah buku kecil berbahasa Ibrani yang berjudul “Jalan Menuju Kebahagiaan”. Buku itu berisi tentang bukti-bukti kebenaran ajaran Islam.
Disimpannya buku itu tanpa membacanya dan mencoba mengetahui isinya. Beberapa bulan kemudian, Aisyah menderita sakit parah yang hampir-hampir merenggut jiwanya. Untuk mendapatkan ketenangan, dia coba membaca buku kecil tentang kebahagiaan itu.
Aisyah pun mulai tertarik. Dia ingin mengenal Islam lebih jauh. Tanpa rasa takut kepada sesama Yahudi, Aisyah berusaha menghubungi beberapa orang da’i Palestina yang tergabung dalam Islamic Center “Darussalam”. Lembaga ini berada di wilayah Palestina yang dijajah Israel tahun 1948. Setelah enam bulan belajar di sana, Aisyah membulatkan tekad untuk masuk Islam. Dia pergi ke Masjidil Aqsha untuk mengikrarkan keislamannya.
Saat mengisahkan pengalamannya kepada televisi Aljazeera, Qatar, Aisyah menangis tersedu-sedu. Dia tidak bisa mengungkapkan perasaan yang ada dalam hatinya. Dia seakan baru saja diciptakan untuk kehidupan yang baru. Menurutnya, yang menarik dalam Islam adalah pernyataan bahwa tidak ada paksaan untuk memeluk agama ini. Memeluk Islam didasarkan pada sukarela dan keyakinan. Dalam agama ini, seorang hamba juga tidak memerlukan perantara siapapun untuk berhubungan dengan Penciptanya.
Aisyah hidup dengan keluarganya. Keluarga besarnya belum mengetahui kabar keislamannya. Hanya ayahnya yang mengetahui dan mendukung keputusan keislaman itu. Sedangkan ibunya adalah seorang Yahudi fanatik, sangat membenci umat Islam. Kalau ibunya tahu, sangat mungkin dia akan membuka rahasia keislaman Aisyah kepada orang banyak. Sungguh berat mempertahankan Islam di lingkungan Yahudi.
Aisyah semakin memperhatikan bagaimana berpakaian yang menutup auratnya, walaupun belum bisa tega memakai jilbab di depan ibunya. Shalat wajib dilaksanakannya tepat waktu. Malam hari, saat keluarganya tertidur, dihabiskannya untuk shalat dan membaca Al-Qur’an hingga pagi. Asiyah memohon kepada Allah swt. agar diberi kekuatan bisa menyampaikan keislamannya kepada ibunya. Sudah enam tahun dia menyembunyikan keislamannya. Sudah enam tahun juga dia harus berpura-pura sebagai penganut Yahudi, melaksanakan ritual-ritual dari Talmud. Dia ingin segera sempurna dalam menutup auratnya, ingin melaksanakan shalat dengan bebas tanpa mencuri-curi.
Syukur, Aisyah mempunyai pembimbing di “Darussalam” yang selalu menguatkan dirinya bersama lima orang gadis mantan Yahudi lainnya untuk tetap hidup damai dan tidak bermusuhan dengan keluarga dan lingkungannya. Walaupun menyembunyikan keislamannya, Aisyah bisa menjaga akhlak Islam, dan menjauhi semua hal haram. Kehidupan hura-hura pun dijauhinya. Hal ini mulai memancing kerugiaan teman-temannya. Lambat-laun mereka pun akhirnya tahu.
Diri Aisyah semakin kuat setelah Hanin bergabung bersamanya. Hanin adalah seorang Yahudi Kroasia yang pindah ke Isarel sendirian tanpa keluarganya. Alih-alih menjadi seorang Yahudi pendukung Israel, Hanin tertarik dengan Islam dan menjadi teman Aisyah dalam mempelajari Islam. Hanin menilai bahwa Islam adalah agama yang sempurna dalam memperlakukan wanita. Hanin juga menolak jika Islam diperbandingkan dengan agama lain. Agama lain tidak ada apa-apanya. (msa/dakwatuna/aljazeera)

Muslim AS: Rasulullah Tetap Teladan Kami

Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) meminta umat Islam untuk tetap mengikuti jejak Nabi Muhammad SAW, meski muncul film yang bernada fitnah. Rasulullah, kata CAIR, sangat dicintai jutaan umat Islam di dunia.
“Anda tahu, Nabi Muhammad begitu dicintai dan dihormati ratusan juta umat Islam di seluruh dunia. Tidak ada yang akan menggantikan dia di hati umat Islam,” demikian pernyataan resmi CAIR, seperti dikutip onislam.net, Jumat (14/9).
CAIR memastikan Muslim AS tidak terperangkap hasutan itu. Karena Nabi Muhammad SAW telah menjadi teladan bagi setiap muslim. Itu diperlihatkan Rasulullah ketika menghadapi siksaan dan hasutan, namun membalasnya dengan kasih sayang dan pencerahan.
Direktur CAIR, Nihad Awad mengatakan umat Islam jangan sampai terbawa wacana provokatif. Itu juga harus dilakukan umat agama lain guna menghindari provokasi. “Apa yang dilakukan dengan tujuan yang menyinggung sentimen agama,” kata dia.
Sebelumnya, film ‘IOM’ melecehkan Nabi Muhammad SAW. Film itu selanjutnya tayang di jejaring video Youtube. Dari Youtube, film itu menyebar luas. Sebabnya, Komunitas Muslim marah besar dengan isi film tersebut. (Karta Raharja Ucu/Agung Sasongko/onislam.net/ROL)

Aku Muslim, Aku Prajurit Setia

James Yee dan Keluarga“Aku prajurit Amerika, seorang warga negara, dan seorang patriot. Tapi dalam tatapan kecurigaan, aku minoritas sesat yang tidak memiliki hubungan inklusif dengan pemerintahan nasional Amerika. Aku hanya seorang muslim.” Demikian Yee menulis di bagian akhir kesaksiannya atas kebrutalan tentara Amerika atas dirinya dan tawanan muslim yang lain.
James Yee adalah seorang mualaf lulusan West Point, akademi militer paling bergengsi di AS. Mulanya, ia adalah pemeluk Kristen Lutheran. Ia memilih untuk memeluk Islam ketika ke Suriah. Setelah lulus dari West Point ia bertemu dengan seorang wanita bernama Huda yang kemudian menjadi istrinya. James Yee lulus dari West Point pada tahun 1990, mengabdi di Angkatan Darat AS selama empat belas tahun, termasuk tugas di Arab Saudi pasca-Perang Teluk I. Setelah memeluk Islam pada tahun 1991, ia belajar Islam dan bahasa Arab di Damaskus- Suriah selama empat tahun. Ia telah dua kali menunaikan ibadah haji ke Makkah.
Pada awal 2001, dia kembali ke dinas militer di tengah sentimen AS yang kuat terhadap Islam pasca tragedi WTC. Di penjara Guantanamo (Gitmo) dia ditugaskan sebagai ulama militer (chaplain) yang melayani seluruh tahanan yang semuanya muslim. Penjara Gitmo yang berada di Kuba adalah tempat meringkuknya tawanan yang dituduh berkomplot dengan Osama bin Laden dan mantan Pasukan Taliban.
Ketika tiba di Guantanamo, Yee menemukan banyak sekali kebrutalan yang dilakukan terhadap orang-orang Muslim yang menjadi tahanan di sana. Namun karena awalnya ia menganggap kebrutalan ini dilandasi oleh ketidaktahuan, Yee justru memandang kondisi ini sebagai tantangan baginya. Yee tidak hanya ingin memberikan pelayanan spiritual kepada para tahanan, namun ia juga ingin mendidik para personel militer AS tentang Islam.
Sayangnya, hal inilah yang menyeretnya ke dalam kubangan masalah. Karena memperlakukan para tahanan dengan hormat dan bermartabat, bicara yang baik-baik tentang Islam, serta memimpin kegiatan-kegiatan keagamaan, Yee malah dipandang sebagai teroris, dipandang sebagai musuh.
Karena James Yee seorang Muslim, ia dicurigai dan diperlakukan semena-mena olah para prajurit lain. Para prajurit itu mengabaikan perintah-perintahnya sebagai Kapten Angkatan Darat AS. Ini merupakan tindakan indisipliner, namun tak ada tindak lanjutnya. Ini membuktikan bahwa seorang Muslim tidak bisa menjadi tentara sungguhan di AS, apalagi menjadi perwira.
Sebagian besar kebrutalan yang dilakukan terhadap James Yee dan para tahanan lain di Guantanamo merupakan tanggung jawab Jenderal Geoffrey Miller, orang yang berkuasa di Guantanamo. Jenderal Miller sepertinya punya dendam dan kebencian pribadi terhadap Yee dan kaum Muslimin. Entah apa motifnya.
Keyakinan Kristen Miller sendiri yang radikal dipercaya ikut andil dalam segala tindak-tanduknya di Guantanamo. Namun, sayangnya, James Yee-lah yang menghadapi dakwaan kriminal, buka Miller. Yee-lah yang terpaksa mengundurkan diri, bukannya Miller. Padahal Miller-lah—beserta sejumlah perwira senior lainnya—yang seharusnya dipecat dengan tidak hormat dari dinas militer.
Kekerasan dan perilaku tidak manusiawi yang bertubi-tubi mengakibatkan beberapa tahanan harus pingsan dan mencoba bunuh diri. Pelecehan terhadap Islam dipertontonkan oleh para penjaga. Alquran dilempar, ditendang, diinjak dan dirobek. Lemparan batu juga dilakukan pada tahanan yang sedang shalat berjamaah. Di Kamp X-ray dan Delta tahanan dipaksa berlutut berjam-jam di bawah panggangan matahari, sementara kaki dan tangan diborgol. Jika meratap minta minum, maka para penjaga memberinya tendangan. Tidak hanya itu, tahanan juga disuruh mandi air kencing dan kotorannya.
Amerika rupanya enggan menerapkan Konvensi Jenewa kepada tahanan muslim di kamp militer Guantanamo.
Penganiayaan dan pelecehan seksual terhadap tahanan muslim di Penjara Guantanamo bukanlah isapan jempol. Ratusan orang yang terkurung di kamp militer Amerika Serikat itu mendapat perlakuan sangat tidak manusiawi.
James Yee membeberkan kekejaman tentara Amerika di Penjara Guantanamo berdasarkan kesaksiannya saat bertugas di sana. Pelecehan dan pembunuhan karakter dialaminya. Hanya karena Yee beragama Islam dan berusaha berbuat lebih beradab. Juga karena ia seorang imam muslim—dai (pendakwah)– di lingkungan militer Amerika yang berupaya meluruskan kekeliruan pemahaman tentang Islam kepada temannya sesama prajurit. Kisah tragis yang dialami Yee, tentara Amerika keturunan Cina berpangkat kapten ini, berawal dari masa dinasnya di Guantanamo.
Dalam kurun 10 bulan bertugas di Kamp Delta—sebutan untuk delapan blok penjara itu—ia menjadi saksi kekejaman yang dialami para tahanan. “Bahkan mereka tidak mendapatkan perlindungan seperti yang tercantum dalam Konvensi Jenewa,” papar Yee memberi kesaksian.
Pemerintahan Presiden George W. Bush dan kalangan militer enggan menerapkan konvensi itu kepada tahanan muslim yang disebutnya sebagai teroris. Para “pejuang” muslim, musuh Amerika dari berbagai negara, tidak memperoleh haknya sebagai tahanan perang.
Dapat dipastikan, penganiayaan terhadap tahanan dan pelecehan kitab suci Al-Qur’an kerap terjadi saat tahanan menjalani pemeriksaan. Polisi militer di penjara sering menggunakan lembaran Alquran untuk membersihkan lantai. Aku sering menemukan sobekan lembar Alquran di lantai. Hampir setiap hari terjadi pertikaian keras antara penjaga dan tahanan yang berujung penyiksaan. Terkadang prajurit Amerika yang bukan muslim sengaja membuat keributan selagi tahanan tengah beribadah.
Tak jarang pula tahanan dipaksa meninggalkan shalat untuk menjalani pemeriksaan. “Lambat laun aku sadar bahwa usahaku untuk memberikan pengajaran tentang toleransi membuat kecurigaan mereka semakin dalam,” tulis Yee. Dan siapa pun yang bertugas di kamp itu harus tetap menjaga kerahasiaan tentang apa pun yang dilihat dan dialami.
Diam-diam, gerak-gerik prajurit yang bertugas pun selalu diawasi oleh agen rahasia pemerintah, baik dari FBI maupun badan intelijen militer. Yee yang sejak masuk Islam menambahkan Yusuf dalam namanya, tak luput dari pengawasan. Hingga akhirnya, Yee diciduk pada 10 September 2003 di Bandara Jacksonville, Florida.
Selama 10 hari dia dikurung di sel dan diperlakukan seperti tahanan. Diperiksa dengan telanjang, tidak diberi makan, diborgol tangan dan kaki, pengaburan panca indera, serta perlakuan lainnya tanpa mempertimbangkan bahwa dia adalah seorang perwira angkatan darat.
”Mereka tidak peduli pangkatku kapten, lulusan West Point, akademi militer paling bergengsi di Amerika Serikat. Mereka tidak peduli agamaku melarang telanjang di hadapan orang. Mereka tidak peduli belum ada dakwaan resmi terhadapku. Mereka tidak peduli istri dan anak-anakku tidak mengetahui keberadaanku. Mereka pun jelas tidak peduli kalau aku adalah warga Amerika yang setia dan, di atas segalanya, tidak bersalah”.
Sejak saat itu, beragam tuduhan dilontarkan untuk menjeratnya. Pengkhianatan, persekongkolan dengan teroris, hingga isu perselingkuhan ditebar. Sejumlah koran Amerika sendiri sempat terjebak pada kekeliruan informasi yang disebar intel.
Mereka menyebut Yusuf Yee sebagai antek Taliban. Isu perselingkuhan yang sengaja ditebar ke koran nyaris menghancurkan rumah tangganya. Teror dan fitnah juga dilancarkan agar istrinya juga turut membencinya.
Istrinya menggenggam pistol di tangan yang satu dan dua butir peluru di tangan lainnya. “Ajari aku cara menggunakannya,” bisik wanita itu melalui telepon dari apartemen mereka di Olympia, Washington. Dari semua hal yang pernah dilalui James Yee—penahanan, tuduhan spionase, 76 hari di dikurung di sel isolasi—ini adalah yang terburuk.
Rasa takut membadai di dadanya saat bicara di telepon dengan istrinya. Sebagai seorang ulama militer, Yee telah dilatih untuk mendeteksi dan mencegah tindakan bunuh diri. Yee tahu bahwa kondisi Huda telah kritis. Istrinya itu telah menemukan pistol Smith & Wesson miliknya yang disimpan di tempat tersembunyi di dalam lemari. Huda sudah merencanakan ini. Yee merasa tak berdaya…
Yang lebih mencengangkan, ada anak di bawah umur dijebloskan ke penjara ini dengan tuduhan sebagai anggota jaringan teroris. Seorang di antaranya adalah Omar Khadir, bocah muslim asal Kanada yang baru berusia 15 tahun.
Kesaksian James Yee ini kian menjelaskan apa yang sesungguhnya terjadi di penjara-penjara khusus Amerika. Yee menyebutkan, perang melawan terorisme yang dicanangkan Presiden Bush melahirkan kegilaan di kalangan militer Amerika. Yee menjadi korban kegilaan itu.
Pengalaman kelam selama lebih dari satu tahun dalam tahanan militer memberinya pelajaran berharga. Kondisi militer Amerika jauh dari gambaran ideal Yee. Perbedaan dan kehormatan serta kemerdekaan menjalankan agama tidak dijamin.
Agama dan keyakinan ternyata masih menjadi masalah utama di dunia militer negeri yang mengaku demokratis itu. “Mereka tidak mempertimbangkan bahwa aku adalah seorang prajurit yang setia,” tulis James Yee.
Kesaksian Yee ini layaknya film drama produksi Hollywood. Seorang perwira militer Amerika Serikat dijebloskan ke penjara berdasarkan sangkaan spionase, melakukan pemberontakan, menghasut, membantu musuh, dan menjadi pengkhianat militer dan negara.
Tapi semuanya tidak terbukti dan akhirnya perwira itu dibebaskan dari semua dakwaan. Kapten James Yee, perwira itu, mendapatkan perlakuan tak beradab dari militer AS karena dia beragama Islam dan reaksi paranoid AS terhadap Islam yang sama sekali tak beralasan.
Tapi publik AS tahu bahwa itu bohong. Sementara kredibilitas militer AS runtuh akibat kecerobohannya dalam kasus ini. Bahkan New York Times edisi 24 Maret 2006 menurunkan tajuk rencana berjudul “Ketidakadilan Militer”.
Meskipun sama sekali bersih dari tuntutan, namun keinginannya untuk tetap mengabdi pada Tuhan dan negara pupus. Yee “terpaksa” mundur dari militer pada 7 Januari 2005. Sayangnya, karier militer dan reputasinya telah lebih dulu hancur. Bahkan hingga kini statusnya masih ‘dalam pengawasan’.
AS benar-benar paranoid. Siapa pun yang dianggap musuh, apa pun dilakukan. Tidak peduli itu bertentangan dengan hak asasi manusia, keadilan konvensi internasional, atau hal lainnya yang selalu digemborkannya sendiri.
Kasus Yee dan Penjara Guantanamo makin merontokkan citra AS di mata publik dunia. Kini penutupan penjara Gitmo sedang dipertimbangkan karena tekanan dunia internasional melalui PBB, termasuk sekutu dekatnya, Inggris dan Italia. Sekitar 500 tahanan dari 35 negara kini masih meringkuk dalam penjara itu.
Salah satu pelajaran yang bisa dipetik dari kasus Yee adalah peran media massa. Saat proses penahanan, lengkap sudah penderitaan Yee. Bukan saja dipenjarakan tanpa bukti, namun dia juga telah dihakimi oleh media massa (trial by the press) sebelum pengadilan digelar. Pers AS seperti Washington Post, New York Times, Guardian, Dll. yang mendengungkan hak asasi, justru bersifat tendensius dan tidak cover both sie. Informasi yang disajikan adalah versi militer AS.
Namun keteledoran pers tersebut ditebus dengan kritik pedas terhadap pemerintah setelah tuduhan terhadap Yee tidak terbukti. Artikel, tajuk rencana, dan berita-berita yang disuguhkan semuanya berupa pembelaan, bahkan sebagian media massa minta maaf pada Yee.
Patriotisme Yee musnah di mata pemerintah AS hanya karena dia sebagai Muslim taat menjalankan tugasnya sesuai ajaran agama dan perintah negara. Tapi dunia tahu bahwa dia adalah seorang patriot sejati yang hidupnya diabdikan kepada Tuhan dan negaranya.
Inilah kisah yang mengungkap sisi gelap perang terhadap terorisme yang berlebihan dan tanpa aturan, yang menebar bahaya di mana-mana dan mengakibatkan seorang patriot Amerika sejati diperlakukan layaknya musuh. Bukannya mendapat penghargaan atas jasa-jasanya, Yee malah dihukum. Reputasi Amerika sebagai negara hukum yang adil ikut tercoreng bersamanya. Kita seakan muak dengan kebijakan-kebijakan AS di bawah Bush dengan segala tindak-tanduk primitifnya yang mengacak-acak peradaban dan nilai-nilai kemanusiaan.
Apakah ‘perang melawan terorisme’ yang digagas Amerika Serikat (AS) benar-benar perang yang ditujukan untuk melawan ekstremisme demi tegaknya demokrasi? Ataukah label itu hanya bungkus bagi perang melawan Islam? Para pejabat AS di lingkaran Bush bersikeras bahwa agenda mereka bersifat politis, bukan religius. Namun faktanya, retorika dan tindak-tanduk AS di lapangan mengubah perang melawan terorisme menjadi perang melawan Islam.

Putri Pendeta Menjadi Daiyah

Aku tidak mengenal sedikitpun tentang Islam, bahkan selama hampir duapuluh tahun, sampai aku kuliah di jurusan informatika Universitas Timbell Philadelphia. Pertama kali aku melirik Islam berawal ketika beberapa dosenku menyampaikan informasi tentang Islam. Mereka menggambarkan bahwa Islam adalah agama yang merusak (destruktif). Hal ini menggugahku untuk lebih banyak membaca literatur tentang Islam. Setelah aku mengkajinya ternyata aku dapati semua itu hanyalah tuduhan palsu, zalim dan penuh kebencian. Akupun segera –tanpa ragu– menyatakan diri masuk Islam. Sejak itu aku ganti namaku menjadi Laila Ramzy.
Aku dilahirkan di New England pada bulan Januari tahun 1959, Ayahku seorang pendeta yang mengabdi di sebuah gereja. Sudah lama aku banyak meragukan gereja, terlebih setelah Ayahku ingin agar aku menjadi misionaris. Akan tetapi Allah SWT menghendakiku sesuatu yang lebih baik dan kekal. Sementara sejak kecil aku sama sekali tidak mengenal tentang Islam. Hal ini terus berlangsung hingga usiaku 20 tahun dan mulai melanjutkan kuliah di  Universitas. Di samping itu aku juga mendapat kuliah tambahan tentang strategi politik wilayah Timur Tengah, ternyata kuliah ini menjadi pintu kebaikan dan kebahagiaan untukku.
Dari mata kuliah itu aku banyak mengetahui tentang negara-negara Arab-Islam. Ternyata apa yang aku dapatkan sebelumnya informasi tentang Islam sangat jauh dari kenyataan. Karena sejak 1400 tahun yang lalu Islam telah mewarnai kehidupan sosial politiknya dan telah mengukir sejarahnya dengan gilang genilang. Aku bertanya kepada diriku, “Anda lihat mengapa mereka sengaja mendelete Islam dan menjauhkan para mahasiswa dari pemahaman yang benar terhadap Islam?” Dampaknya para mahasiswa menganggap Islam sebagai agama yang berbahaya bagi struktur pemahaman dunia Barat umumnya dan bagi pemikran kaum muda Nasrani khususnya.
Meskipun ditentang oleh Ayahku, aku mulai terus membaca literatur tentang Islam. Sehingga aku dapatkan prinsip-prinsip agama yang agung ini menghunjam dalam hatiku dan mendomonasi pikiranku. Aku mulai memahami akidah Tauhid dan meyakini bahwa Isa adalah manusia biasa seperti Musa, Ibrahim, dan Muhammad. Aku juga mulai mengerti bahwa khamr, zina, dan, judi adalah sesuatu yang diharamkan. Hal ini amat kontras dengan kehidupan yang berlangsung di Eropa dan Amerika. Akupun mulai semakin banyak mempelajari ibadah dalam Islam; seperti shalat, puasa, zakat, dan haji bagi yang mampu.
Aku mulai mengumumkan keislamanku. Meskipun ayahku marah dan sedih aku memutuskan untuk pergi ke Mesir agar bisa hidup di sana bersama umat Islam. Di sanalah aku mempelajari Al-Qur’an lebih dalam. Di Kairo aku juga bertemu dengan pemuda muslim yang memiliki komitmen kuat dengan agamanya, ia menawarkan dirinya untuk menikahiku, akupun menerima dan menyetujuinya, dan perkawinanku dengannya telah berlangsung dua tahun. Allah telah menganugrahkan kepadaku seorang anak yang kuberikan nama islami, Toha. Aku berdoa kepada Allah Azza wa jalla agar ia tumbuh menjadi anak yang baik, dan menjadi penyedap pandanganku dan suamiku.
Laila berkeinginan untuk meneruskan studi Islamnya, menghapal Al-Qur’an dan hadits nabi agar memperoleh maslahat dari pengetahuan dan wawasannya yang sahih.
Disadur dari kitab At-Taa’ibuuna ilallah, Syaikh Ibrahim bin Abdillah Al-Hazimy.

Lahir Sebagai Yahudi, Hidayah Membawanya Kepada Islam

Cahaya Islam (ilustrasi) - (Foto: baltyra.com)Musa Caplan lahir dan besar dalam tradisi Yahudi, Ia dan keluarganya rutin mengunjungi sinagog. Ia pun bersekolah di sebuah sekolah Yahudi Ortodoks.
“Saya hidup dengan keberagaman yang terbatas,” kenang dia seperti dilansir onislam.net, Rabu (30/4).
Meski berada dalam lingkaran tradisi Yudaisme, Musa menaruh minat mempelajari agama-agama lain. Ini yang selanjutnya mendorong Musa berinteraksi dengan umat agama lain, salah satunya penganut Islam.
“Saya percaya, semua agama itu sama, karena pada dasarnya menyembah Tuhan yang sama yakni Allah,” kata dia.
Dari interaksi tersebut, ia mulai tahu banyak tentang Islam. Ia percaya Islam adalah agama yang mengedepankan perdamaian. Memang, Musa tidak bisa menghindari stereotip negatif tentang Islam. Beruntung baginya, interaksi dengan Muslim membuatnya memiliki perspektif baru.
“Disinilah, Allah mulai menaruh rencana pada hidup saya,” kata dia.
Musa sulit mempercayai mengapa Islam sebagai agama damai bisa melahirkan terorisme. Padahal agama ini belum tentu mengajarkan umatnya untuk membunuh orang tak bersalah. “Rasulullah adalah pejuang, ia tidak membunuh orang tidak berdosa, ia taruh rasa hormat, perdamaian dan toleransi,” kata dia.
Menyadari Islam bukanlah agama yang mengajari umatnya sikap kebencian, Musa mulai tertarik untuk lebih dalam mempelajarinya. Salah satu sumber yang menjadi acuannya adalah kitab Perjanjian Lama dan Alquran. Saat membandingkan keduanya, Musa melihat Alquran memiliki sumber informasi akurat tentang asal mula kehidupan, hal yang bisa dikonfirmasi melalui ilmu pengetahuan.
“Sementara, perjanjian lama telah berubah selama bertahun-tahun,” kata dia. Ambil satu contoh, ucapnya, Alquran memaparkan bagaimana gunung-gunung terbentuk hingga tercipta lapisan atmosfer. Informasi ini sudah ada di Alquran, jauh sebelum ilmu pengetahuan memahami itu.
Semakin mendalami Alquran, Musa kian kagum. Mulailah ia pada satu persimpangan dimana akal dan pikirannya mengerucut pada satu keinginan, yakni menjadi Muslim. Musa menyadari keputusan itu tidaklah mudah. Orang tua dan kerabatnya tentu tidak akan menerima keputusannya itu.
“Untuk saat itu, saya tidak menjalani kehidupan yang Islami sepenuhnya. Namun, berkat Allah, saya bisa melaksanakan shalat lima waktu, saya bisa mempelajari Islam secara online, dan setidaknya saya bisa secara terbuka mengakui keesaan Allah,” kata dia.
Memang tidak mudah bagi Musa menjalankan imannya itu. Ambil contoh saja, ia merasa prihatin dengan nasib bangsa Palestina. Secara pribadi, ia sangat mendukung kemerdekaan Palestina dari penjajahan Israel, Namun, keluarganya justru melihat Palestina adalah tanah milik bangsa Yahudi.
“Jujur saya mudah tersinggung soal itu,” kata dia.
Di luar kesulitannya, Musa meyakini keterbatasan yang dimilikinya saat ini tidak menghalangi niatanya mengakui Islam sebagai agama yang dipilih Allah untuknya. Memang, ia tidak pernah memiliki kesempatan untuk bersyahadat dihadapan umat Islam, tapi ia sudah melakukannya dihadapan Allah..
“Insya Allah, yang penting dari hal ini adalah, saya sudah berniat untuk mengunjungi masjid, tidak terlibat narkoba, mengkonsumsi alkohol dan mencuri. Tidak mudah memang, tapi Insya Allah,” kata dia. (ROL/sbb/dakwatuna)

Mualaf Angela Collins: Begini Alasan Saya Menyerahkan Hati Saya pada Islam

Angela Collins pernah menjadi buah bibir di Amerika Serikat. Bukan tentang film televisi yang dibintanginya, tapi tentang keislamannya. Ia bersyahadat tak lama setelah Tragedi 11 September 2001.
Apa yang membuatnya jatuh hati pada Islam? Pada situsturntoislam, ia menceritakan alasannya:
Saya meyakini bahwa saya tidak bisa mengendalikan peristiwa yang terjadi dalam hidup saya atau dalam kehidupan orang lain.
Islam adalah satu-satunya agama yang menyuruh kita melakukan penyerahan total kepada Sang Pencipta kita, Pencipta semua orang dan segala sesuatu. Sebagai seorang Muslim saya tahu bahwa semua yang saya lakukan pertama dimulai dengan niat dan kemudian saya harus mengubah niat itu menjadi upaya dalam rangka melaksanakan apa yang telah ditetapkan. Kebijaksanaan ini mendefinisikan jalan saya untuk menjadi orang yang lebih baik bagi diri sendiri, keluarga saya, komunitas saya, dan semua orang di muka bumi.
Dalam hakikat Allah (satu-satunya Allah) membuka hati saya, Islam memberi saya arah, dan sekarang saya hidup dengan panduan yang dipinjamkan oleh Pencipta saya untuk kebahagiaan di bumi ini dan insya Allah, di akhirat nanti.
Sementara agama adalah sumber daya untuk membantu memandu diri untuk perilaku yang baik melalui spiritualitas kita.
Saya seorang mualaf. Katolik adalah agama nenek moyang saya. Pada usia 14 tahun, saya menolak konsep trinitas dan mempersempit apa yang saya lihat sebagai kisah rumit ‘tiga dalam satu’, menjadi ‘dua dalam satu’ dan mulai menghadiri gereja Baptis.
Sepanjang hidup saya, saya telah mencari untuk memahami, tetapi ketika sampai pada konsep ketuhanan saya benar-benar bingung. Terutama tentang mengapa Tuhan akan datang sebagai manusia dan akan membiarkan dirinya untuk mati bagi dosa-dosapengikutnya.
Saya bertanya pada diri sendiri, “Mengapa agama saya perlu begitu rumit?”
Ketika saya mencapai usia dewasa, saya memutuskan untuk membuatnya sangat sederhana. Hanya ada satu, Pencipta kita dan itu saja. Tidak ada penjelasan lain yang rasional dan lebih masuk akal.
Saya melihat Islam sebagai agama yang datang untuk mengklarifikasi kesalahan manusia yang mengubah firman Allah yang asli agar sesuai kepentingan mereka. Islam adalah sederhana: Allah adalah Allah. Allah menciptakan kami dan kami menyembah Allah dan Allah saja. Allah mengutus Musa, Yesus, dan Muhammad (saw) untuk menyampaikan pesan-Nya untuk membimbing semua orang.
Dalam Islam, Yesus (Isa) adalah satu-satunya nabi yang tidak pernah mati itulah sebabnya ia adalah utusan yang akan datang kembali sebelum Hari Penghakiman.
Islam menegaskan bahwa Anda tidak diberikan jalan ke surga hanya karena Anda mengatakan Anda adalah Muslim. Dan Anda mungkin tidak langsung pergi ke surga hanya karena Anda percaya bahwa Allah bersifat monotheistik.
Anda pergi ke surga berdasarkan niat dan tindakan berikut pesan yang diajarkan kepada kita oleh para rasul sendiri dan dikonfirmasi oleh buku-buku asli dari Allah.
Surga bukanlah klub eksklusif bagi mereka yang hanya mengikuti apa yang ayah mereka ajarkan pada mereka. Sebaliknya, itu adalah tanggung jawab Anda, terutama sebagai seorang Muslim, untuk terus mencari kebenaran, pemahaman, dan untuk membaca serta berpikir.
Setelah membaca setiap bab dalam Quran dua kali dan menelaah secara rinci, saya percaya bahwa karya ini hanya bisa datang dari Pencipta saya. Tanpa ragu penulis buku ini tahu lebih banyak tentang saya daripada saya tahu tentang diri saya sendiri.
Sudah bukan rahasia lagi bahwa Islam secara serius disalahpahami di tanah air saya, Amerika Serikat. Maka, pilihan saya pada agama “kontroversial” membuat keluarga dan teman-teman bingung.
Ini adalah keyakinan saya yang tulus bahwa Allah membawa saya ke Islam dengan meningkatkan gairah saya dalam mengeksplorasi perspektif ‘asing’ melalui ‘perjalanan asing’.
Setelah menemukan diri saya dalam Islam, saya dapat mematuhi ajaran-ajaran dalam Quran dan Hadis. Islam adalah multi-budaya dan merupakan sistem yang dapat diadopsi dalam lingkungan apapun pada setiap titik waktu.
Saya yakin dapat mengatakan bahwa jika Allah tidak meniupkan Islam ke dalam jiwa saya, saya tak akan pernah menemukan Angela.
Well, hari ini, di sinilah saya: Angela, seorang Muslim Amerika: adalah jiwa yang terus-menerus mencari Penciptanya dan kini telah menemukan Pencipta semesta alam, dalam Islam

Kevin Mendapat Hidayah Saat Berbelanja

(PowerOfDaawaUK)Masya Allah, Alhamdulillah. Begitu dahsyat perkembangan Islam sewaktu belahan bumi Suriah dan Gaza kian dibasahi oleh darah. Tak sedikit saudara-saudari kita di benua Eropa, Australia dan Amerika yang memilih kembali kepada fitrahnya dikarenakan kemantapan hati saat membaca sejarah-sejarah perampasan tanah Palestina di tangan zionis, kisah kebijaksanaan para khalifah terdahulu, serta rajin membaca dan menganalisa kondisi tekanan dan kebohongan media sekuler yang pincang dalam menyudutkan kaum muslimin pada era modern ini.
Sungguh indah untaian makna ayat cinta-Nya, “Barangsiapa yang Allah kehendaki untuk Allah berikan petunjuk kepadanya, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (menerima agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki ke langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.(Q.s al-An’aam: 125)
Ayat ini menunjukkan bahwa tanda kebaikan dan petunjuk dari Allah Ta’ala bagi seorang hamba adalah dengan menjadikan dadanya lapang dan lega menerima Islam. Maka hatinya terang oleh keimanan, melangkah mudah beramal shalih, senang menggali ilmu-Nya, bersyukur akan kenikmatan cahaya hidayah Islam tersebut.
Allahu Akbar! Begitu pula takjub diri jika membaca berita ini. Saudara Kevin dengan yakin menyatakan syahadat di Brooklyn ketika sedang berbelanja.
Brother Kevin ini berhenti di toko karena melihat ada acara televisi yang ditonton si pemilik toko. Ia mulai mendengarkan Yusuf Estes di salah satu stasiun televisi. Berdiri mematung dan berpikir dengan raut muka serius.
Sang pemilik toko datang. Lalu menjawab beberapa pertanyaan yang membuat Kevin penasaran tentang Islam. Lantas pemilik toko bercerita tentang ragam hal mengenai Islam. Bahwa rukun Islam tak pernah berubah sepanjang masa. Dibawa oleh baginda Rasulullah Shalallahu ’Alaihi Wassalam. Agama mulia yang merupakan wahyu dari Rabbul ‘Izzati, Sang Pencipta semesta. Dengan mengesankan, saat itu juga brother Kevin bersyahadat. Ia memeluk Islam. Allahu Akbar!Allah Swt telah membimbing dia dan kita semua.
Semoga pemilik toko sekeluarga berada dalam berkah-Nya hingga berkumpul di Jannatul Firdaus, Allahumma Aamiin.  Mari rajut do’a-do’a untuk saudara muslimin sedunia.  Allahummansruril Islam wal Muslimin. Barokallahu fiikk.
Wallahu A’lam Bishshowwab.

Kisah Nyata:Masuk Islam Karena Melihat Muslim yang Santun dan Penyayang

(Cici Anggara)Mahasuci Allah yang telah memberikan hidayah Islam kepada umat manusia di muka bumi. Dialah Allah yang membolak-balikkan hati setiap insan dan hanya Allahlah yang Maha Memberi hidayah.
Senin, 16 juni 2014 salah seorang anggota Rohis SMA N 2 Dramaga menemui kami, Bina Latih Dramaga (jaringan dakwah sekolah se-Dramaga). Mereka menyampaikan bahwa ada salah seorang teman yang ingin kembali kepada Islam, hingga kemudian kami pertemukan kepada imam besar masjid al-Hurriyah IPB.
Hari ini (Selasa, 17 Juni 2014) tepat setelah shalat Ashar berjamaah di masjid al-Hurriyah IPB yang dipandu oleh imam masjid, Ust E Syamsuddin. Ada seoarang yang bernama Kholisan Afate Simbolon telah kembali kepada Islam yang semula beliau penganut agama Kristen Protestan.
Kholisan adalah seorang siswa kelas XI jurusan IPS. Beliau aktif di beberapa organisasi, OSIS dan PRAMUKA. Beliau sangat aktif dan mudah bergaul. Beliau anak pertama dari 3 bersaudara. Semua anggota keluarga beliau beragama Kristen Protestan. Siswa asal Nanggung – Kabupaten Bogor ini masih memiliki kedua orang tua yang lengkap. Saat ini, beliau tinggal bersama teman dekatnya, Umar, salah satu Ketua Bidang Rohis SMA N 2 Dramaga.
Niat Kholisan untuk memeluk agama Islam sudah sejak kelas X, bahkan menurut beliau sudah sejak SMP. Kholisan adalah korban keluarga yang broken home. Sejak masih kecil, beliau selalu disiksa oleh ibunya. Ketika di SMA, beliau menemukan ada oase yang menyejukkan ketika melihat orang muslim yang santun, penyayang, suka menolong dan ajarannya suci. Berbeda dengan agama yang ia jalani selama ini banyak hal-hal yang “menyimpang” dan tidak nyaman, tutur beliau saat bercerita kepada kami. Niatnya sejak lama untuk memeluk Islam merupakan tantangan bagi Kholisan. Dulu, yang terfikir oleh beliau jika memeluk Islam, “Bagimana dengan kedua orangtua? Bagaimana yang membiayai sekolah, uang makan sehari-hari?” Dan banyak lagi yang berkecamuk di fikiran sang muallaf ini. Dengan kebulatan tekad, kejernihan hati dan tanpa dipaksa oleh siapapun, alhamdulillah kami mneyaksikan bagaimana keikhlasan dan kemauan beliau dengan keislamannya.
Allah Akbar,
Ya Allah, kami sangat bersyukur ketika Kau sapa saudara kami dengan hidayah-Mu. Kuatkan imannya dan kami seluruh umat muslim untuk senantiasa memperteguh ketakwaan,  memperkuat istiqamah serta memperkaya sabar yang berbuahkan ikhlas. Alangkah indahnya kasih-Mu, ya Rabb. Karena telah Kau tegur saudara kami dengan cinta-Mu.
Barakallah akhuna Kholisan Afate Simbolon. Semoga ikrar keislaman yang engkau ucapkan senantiasa memperteguh azam. Kami rindu dengan sosok Umar bin Khattab ketika Islam menyapanya beliau menjadi salah seorang garda terdepan sepanjang perjuangan Islam hingga syahid menjemputnya. Semoga, sosok Umar itu kami temukan dalam dirimu, wahai saudaraku. Sosok yang akan menyebarkan din di jagad raya ini.
Kami yang mencintau karena Allah

Masih Haruskah Berpacaran??

Allah memberikan rizki sesuai dengan kebutuhan hambaNya dan di waktu yang menurut Allah terbaik untuk kita mendapatkannya. Jodoh adalah salah satu rizki yang Allah persiapkan untuk kita.
Allah akan memberikan jodoh pada kita di saat yang tepat. Bukan sesuai dengan keinginan kita. Seringnya kita menginginkan sesuatu hanya berdasarkan pada keinginan bukan pada kebutuhan. Allah Maha Tahu, kapan kita akan siap untuk menerima sebuah tanggung jawab besar untuk membentuk suatu peradaban kecil yang di mulai dari sebuah keluarga.
Karena menikah bukan hanya penyatuan dua insan berbeda dalam satu bahtera tanpa visi dan tujuan yang pasti, berlayar tanpa arah atau berlayar hanya menuju samudera duniawi. Menikah adalah penggenapan setengah agama karena menikah adalah sarana ibadah kepada Allah. Dalam tiap perbuatan di dalam rumah tangga dengan berdasarkan keikhlasan dan ketaqwaan maka ganjarannya adalah pahala. Tapi jika menikah hanya berdasarkan nafsu atau bahkan mengikuti perputaran kehidupan dunia, maka hasilnya pun akan sesuai dengan yang di niatkan.
Karena menikah adalah ibadah. Menikah adalah sunnah di anjurkan Rasulullah. Menimbun pahala yang terserak di dalam rumah tangga. Dan semua manusia yang normal pasti akan mendambakan suatu pernikahan. Merasakan suatu episode hidup dimana kita akan memulai segala sesuatu yang baru. Yang dahulu kita berperan sebagai seorang anak dengan berbagai kebahagiaan bermandikan kasih sayang orang tua. Maka menikah adalah suatu gerbang menuju pembelajaran menjadi orang tua kelak. Kita bukan lagi sebagai penumpang di mana mengikuti arah kehidupan yang di tentukan orang tua, melainkan kita akan menjadi driver untuk kehidupan kita sendiri kelak. Kita bisa saja mengikuti jalur yang telah di lewati orang tua, jika memang itu jalur yang tepat. Tapi jika jalur itu tak sesuai dengan arah tujuan kehidupan rumah tangga kita yaitu jalur keridhaan Allah, maka kita pun harus mencari jalur yang tepat.
Karena menikah itu adalah satu kebaikan maka seharusnya harus di mulai dengan yang baik pula. Misalnya, ketika kita ingin lulus ujian, maka kita harus belajar yang giat bukan bermalas-malasan.
Ayat Allah masih jelas tertera dalam kitabNya, bahwa pria yang baik akan mendapatkan wanita yang baik pula dan sebaliknya. Dan ayat itu masih sama dengan pada saat Allah turunkan beribu tahun yang lalu. Janji Allah pun tergambar melalui ayat itu dan Allah Maha Menepati janji. Lalu mengapa kita masih meragukan janji Allah itu??
Masih haruskah berpacaran??
Mengenal lawan jenis dengan dalih untuk mengenal pribadi masing-masing. Padahal kenyataannya, hanya sedikit kejujuran yang di tampakkan pada saat pacaran. Rasa takut yang besar untuk di tinggal pasangannya atau hendak mengambil hati pasangannya membuat mereka menyembunyikan keburukan yang terdapat dalam dirinya. Sudah menjadi rahasia umum, jika usia pacaran yang lama tak menjamin bahwa itu menjadi suatu jalan untuk memuluskan hubungan menuju jenjang pernikahan. Sudah tak menjamin adanya pernikahan setelah sekian lama menjalin masa pacaran, juga banyak di bumbui pelanggaran terhadap rambu-rambu Allah. Maksiat yang terasa nikmat.
Zaman sekarang, berpacaran sudah selayaknya menjadi pasangan suami istri. Si pria seolah menjadi hak milik wanita dan si wanita kepunyaan pribadi si pria. Mereka pun bebas melakukan apapun sesuai keinginan mereka. Yang terparah adalah sudah hilangnya rasa malu ketika melakukan hubungan suami istri dengan sang pacar yang notabene bukan mahram. Padahal pengesahan hubungan berpacaran hanya berupa ucapan yang biasa di sebut “nembak”, misalnya “I Love You, maukah kau menjadi pacarku?” dan di terima dengan ucapan “I Love You too, aku mau jadi pacarmu”. Atau sejenisnya. Hanya itu. Tanpa adanya perjanjian yang kuat (mitsaqan ghaliza) antara seorang hamba dengan Sang Pencipta. Tanpa adanya akad yang menghalalkan hubungan tersebut. Hubungan pacaran tak ada pertanggungjawaban kecuali pelanggaran terhadap aturan Allah. Karena tak ada yang namanya pacaran islami, pacaran sehat atau apalah namanya untuk melegalkan hubungan tersebut.
Kita berlelah melakukan hubungan pacaran. Melakukan apapun guna menyenangkan hati sang kekasih (yang belum halal) meskipun hati kita menolak. Jungkir balik kita mempermainkan hati. Hingga suka dan sedih karena cinta, cinta terlarang. Hati dan otak di penuhi hanya dengan masalah cinta. Kita menangis karena cinta, kita tertawa karena cinta, kita meraung-meraung di tinggal cinta, kita pun mengemis cinta. Hingga tak ada tempat untuk otak memikirkan hal positif lainnya. Tapi sayang, itu hanya cinta semu. Sesuatu yang semu adalah kesia-siaan. Kita berkorban mengatasnamakan cinta semu. Seorang pacar, hebatnya bisa menggantikan prioritas seorang anak untuk menghormati orangtua. Tak sedikit yang lebih senang berdua-duaan dengan sang pacar di banding menemani orangtua. Pacar bisa jadi lebih tau sedang dimana seorang anak di banding orang tuanya sendiri. Seseorang akan rela menyenangkan hati pacarnya untuk di belikan sesuatu yang di suka di bandingkan memberikan kejutan untuk seorang ibu yang melahirkannya. Seseorang akan lebih menurut pada perintah sang pacar di banding orang tuanya. Hubungan yang baru terjalin bisa menggantikan hubungan lahiriah dan batiniyah seorang anak dengan orangtua.
Jika pun akhirnya menikah, maka tak ada lagi sesuatu yang spesial untuk di persembahkan pada pasangannya. Sebuah rasa yang seharusnya di peruntukan untuk pasangannya karena telah di umbar sebelumnya, maka akan menjadi hal yang biasa. Tak ada lagi rasa “greget”, karena masing-masing telah mendapatkan apa yang di inginkan pada masa berpacaran. Bisa jadi, akibat mendapatkan sesuatu belum pada waktunya maka ikrar suci pernikahan bukan menjadi sesuatu yang sakral dan mudah di permainkan. Na’udzubillah.
Parahnya jika tiba-tiba hubungan pacaran itu kandas, hanya dengan sebuah kata “PUTUS” maka kebanyakan akan menjadi sebuah permusuhan. Apalagi jika di sebabkan hal yang kurang baik misalnya perselingkuhan. Kembali hati yang menanggung akibatnya. Kesedihan yang berlebihan hingga beberapa lama. Hati yang terlanjur memendam benci. Tak sedikit yang teramat merasakan patah hati dikarenakan cinta berlebihan menyebabkannya sakit secara fisik dan psikis. Juga ada beberapa kasus bunuh diri karena tak kuat menahan kesedihan akibat patah hati.
Terdengar berlebihan. Tapi itulah kenyataannya, hati adalah suatu organ yang sensitif. Bisa naik secara drastis, tak jarang bisa jatuh langsung menghantam ke bumi. Apa yang di rasakan hati akan terlihat pada sikap dan perilaku. Hati yang terpenuhi nafsu akan enggan menerima hal baik. Ada orang bilang, jangan pernah bermain dengan hati. Karena dari mata turun ke hati, kemudian tak akan turun kembali. Akan ada sebuah rasa akan mengendap di dalam hati. Jika rasa itu baik dan di tujukan pada seseorang yang halal (suami atau istri) maka kebaikan akan terpancar secara lahiriah. Bukan sebuah melankolisme yang kini merajalela.
Banyak pelajaran dari sekitar. Kenapa masih harus berpacaran??
Karena ingin ada teman yang selalu setia mendengar tiap keluh kesah?? Tak selamanya manusia bisa dengan rela mendengarkan keluhan manusia lainnya. Hanya Allah yang tak pernah berpaling untuk hambaNya. Bisa jadi secara fisik sang pacar rela mendengar dengan seksama, tapi dia juga manusia yang akan merasa bosan jika selalu di cecoki dengan berbagai keluhan.
Malu di bilang jomblo??
Jika dengan jomblo kita bisa terbebas dari rasa yang terlarang, kenapa harus malu?? justru kita akan merasa nyaman bercengkerama dengan Allah karena sadar hati kita hanya patut di tujukan kepadaNya bukan yang lain. Justru kita harus bangga, di saat yang lain berlomba untuk melakukan hal terlarang tapi kita menjauhinya. Kemudian tak akan ada perasaan was was karena telah melanggar aturan Allah. Kita bebas berkumpul dengan kawan-kawan tanpa ada kekangan dari orang yang sesungguhnya tak memiliki kewenangan terhadap diri kita.
Mungkin masih banyak lagi kesia-siaan dalam berpacaran. Dan sesungguhnya belum tentu sang pacar akan menjadi pasangan kita kelak.
Pacaran ibarat minuman beralkohol, banyak yang mengelak bahwa dengan berpacaran mereka memiliki semangat baru dan sederet hal positif yang mereka kumandangkan. Tapi sama halnya dengan alkohol, maka manfaat yang di dapat jauh lebih kecil di banding kemudharatan yang di hasilkan. Karena segala sesuatu yang di larang Allah, pasti ada sebab dan manfaatnya.
Kemudian ada yang berdalih, toh pacaran itu tidak merugikan orang lain. Tidak merugikan orang lain, namun hukum Allah jauh lebih baik untuk di ikuti ketimbang menurutkan hawa nafsu yang berakhir pada jurang kebinasaan.
Kembali ke pernikahan, suatu kebaikan maka tak pantas jika di awali dengan keburukan. Allah tak akan ingkar janji, karena jodoh telah Allah tetapkan di Lauh Mahfuzh. Tinggal kita melakukan usaha yang baik, yang Allah ridhai. Supaya tiap langkah kita, hanya berisi keridhaan Allah dan mendapat keberkahanNya. Aamiin.
(hanya sebuah catatan hati guna pengingat diri dan saudara seimanku)
Allahua’lam

Beginilah Islam Mengajarkan Cinta

Saudaraku, ternyata Islam mengajarkan ilmu tentang Marotibul Mahabbahatau tingkatan prioritas cinta. Ya, agar tak asal karena cinta dan tak asal melekatkan cinta, maka agama yang tercinta ini tak asal pula mengajarkan cinta kepada umatnya.
Apapun segala sesuatu tentang cinta maka Allah menjadi puncak tujuan dari segalanya. Tak ada lagi tawar-menawar untuk cinta yang satu ini. Beribadah dan mencintai dengan sepenuh hati, berserah diri, selalu ingin terus mengingat-Nya.
“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah.  Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram” (QS. Ar Ra’d:28)
Tak ada lagi keraguan di dalam firman-Nya. Inilah kita yang wajib menghamba pada sang Maha Kuasa, Maha Perkasa lagi Bijaksana.
Maka Allah ghayatuna (Allah tujuan kami) menjadi harga mati untuk ditegakkan.
Setelah memenuhi yang pertama, maka senantiasa persiapkanlah diri untuk mencintai yang kedua, Rasulullah SAW. Sosok teladan, yang seakan-akan tidak ada yang tidak patut diteladani dari diri beliau. Suami yang bijaksana, ayah yang penuh dengan kasih sayang, guru teladan yang terampil, wirausaha yang sukses, pemimpin negara yang adil…sungguh mengagumkan. Maka tak ada kata tidak bagi kita untuk mengekspresikan cinta ini pada beliau. I’tibba rasul, mengikuti sunnahnya, menjalankan apa yang diberikan Allah melalui ajaran beliau, namun tidak mengkultuskannya layaknya nabi ‘Isa yang dikultuskan oleh Nasrani. Rasulullah sadar bahwa dirinya hanyalah manusia yang nyawanya pun ada dalam genggaman Allah Ta’ala, maka beliau pun menegur saat kaumnya memperlakukannya secara berlebihan, hanya sekadar untuk mengikuti, tidak untuk menghambakan diri.
“Katakanlah (Muhammad): “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS Ali Imran: 31)
Maka Sirah Rasulullah menjadi bacaan yang tak boleh tertinggalkan dan amalan sunnah menjadi amalan yang tak boleh terlupakan.
Selanjutnya ada kaum Muslim yang menjadi tempat ketiga untuk mencintai. Ukhuwah, ukhuwah, dan ukhuwah, adalah bentuk cinta antar kaum Muslim. QS Al Hujurat ayat 10 menjadi hujjah yang indah juga menjadi pengingat bahwa memang persaudaraan yang dibingkai keimanan itu begitu mempesona. Di kala ada perselisihan, maka yang lainnya wajib untuk mendamaikan. Di kala ada kegembiraan, maka yang lainnya wajib untuk ikut bersyukur. Di kala ada kesedihan, maka yang lainnya wajib untuk mendoakan. Di kala ada kesulitan, maka yang lainnya wajib untuk membantu. Subhanallah…kekuatan mana lagi yang paling indah selain persaudaraan antarmuslim ini.
Maka irilah kaum Yahudi dan Nasrani melihat ukhuwah ini, dan tak henti-hentinya niat untuk menghancurkan Islam hanya dengan satu cara, merebut lalu membagi wilayah kekuasaan Islam menjadi kecil-kecil, kemudian mengadu-domba, pecah, dan akhirnya saling bermusuhan.
Astaghfirullah, padahal tanah air muslim itu adalah di mana pada satu jengkal tanah saja dalam satu wilayah masih ada manusia yang menyembah dan mengagungkan Rabbnya, Allah Ta’ala, maka wilayah itulah yang wajib kita perjuangkan. Tak ada lagi yang namanya batas kenegaraan, tak ada lagi yang namanya belenggu kebangsaan, ras ataupun suku. Dan inilah bentuk nasionalisme yang seharusnya untuk seorang muslim.
Maka ucapan salam sesama muslim menjadi bentuk doa pemersatu yang tak boleh terlewatkan.
Apakah hanya Muslim?
Hebatnya adalah tidak! Sesama manusia merupakan tujuan bentuk cinta yang keempat. Dan inilah DAKWAH, bentuk kita dengan cara yang lain kepada sesama makhluk yang diciptakan setelah malaikat dan jin, sesama makhluk yang menerima amanah setelah gunung dan seisi bumi pun menolaknya. Inilah DAKWAH, mengajak mereka pada kebenaran, pada illah satu-satunya, Allah Ta’ala. Bahkan jihad fii sabilillah tak terkecuali menjadi bentuk DAKWAH pada sesama manusia saat kemungkaran terjadi, saat kezhaliman terlihat, saat ketidakadilan terasakan. Karena kita sesama manusia, maka dakwah menjadi pengingat bahwa siapa sebenarnya manusia itu, yang hina dan tak ada apa-apanya di hadapan Allah ta’ala. DAKWAH-lah mulai dari hal yang kecil, mulai dari yang terdekat, dan mulai dari sekarang.
Maka hidup dalam kerukunan dan toleransi tepat pada tempatnya menjadi ikatan yang tak boleh terputuskan.
Dan ternyata, pada makhluk tak bernyawa, yaitu benda, kita pun diajarkan untuk menyalurkan cinta ini. Benda yang dimanfaatkan untuk kebaikan, tidak untuk sia-sia, cukup menjadi ekspresi cinta pada prioritas yang kelima.
Maka memelihara dan berbagi sesuatu benda untuk kebaikan menjadi tindakan nyata mensyukuri apa yang Allah ciptakan.
Inilah CINTA wahai saudaraku, dan terlebih ingatlah jika saat CINTA ini tidak pada prioritas yang semestinya, maka QS At Taubah: 24 menjadi peringatan yang terbaik untuk kita.
Katakanlah: “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.
Ya, tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya, Maha Indah Allah dengan segala susunan kata-kata-Nya dalam Al-Qur’an yang selalu baik dalam menegur makhluk-Nya. Ketetapan Allah menjadi keputusan yang tidak akan terelakkan nantinya. Dan tak ada daya dan upaya bagi kita untuk dapat menghindari-Nya.
Ayo kita isi waktu-waktu yang ada dengan menjalankan prioritas cinta ini sesuai dengan tingkatannya. Teruslah kita membiasakan diri, untuk mengevaluasi cinta kita yang bersemayam di hati, agar cinta tak salah pada tempatnya. Tak lupa, segeralah mengubah cinta menjadi kata kerja, agar cinta tak menjadi rasa semata, tapi ekspresi nyata yang menggugah selera hidup.
Indahnya cinta kawan,
Kau rugi jika tidak merasakan cinta,
Kau sesal jika tidak mendapatkan cinta,
Kau salah jika tidak mengekspresikan cinta
Kau akan segera bersedih hati jika tidak mengamalkan cinta
 
Dan untukmu wahai punggawa dakwah…
Kita akan bertemu dan disatukan pada
Jalan Cinta Para Pejuang

Kutemukan CintaNya di Antara Cinta

Sebagai wanita yang ingin selalu taat, aku sering banyak beristighfar saat tak sengaja memandangnya dengan penuh rasa cinta. Dosakah diriku? Bahkan secara sadar aku ingin dia memandangiku. Semoga Allah mengampuniku. Tapi sebagai seorang Wanita, rasa cintaku hanya bergemuruh di kalbu tak mampu aku ungkapkan dengan kata-kata. Wanita memang diciptakan untuk diam seribu bahasa ketika segudang cinta tertambat di hati.
Semoga Allah memahami kegalauan hatiku ini. Bukankah Allah telah menciptakan laki-laki sebagai pasangan wanita? Jika ya, izinkan aku untuk memilikinya seorang yang aku harapkan. Ya Allah jika dia baik bagiku, sampaikan bisikanku, jika tidak baik bagiku, tolong tenangkanlah hati ini. Mohon kepada-Nya.
***
            Waktu malam minggu pukul delapan lebih tiga puluh menit. Ketika aku sedang fokus menulis di depan laptop marun ternyata handphoneku bernyanyi dengan nada dering Melly Goeslaw “ketika cinta bertasbih” menandakan SMS masuk. Membuat aku terkejut dengan isi pesannya serta nama laki-laki yang tak kukenal. Pikirku mungkin salah sambung sehingga aku tidak mempedulikannya. Selang berapa menit, SMS masuk lagi dengan pesan serupa dan dari pengirim yang sama. Akhirnya aku kesal dan langsung mematikan handphoneku yang berwarna silver dan kusimpan di atas rak buku yang berdekatan dengan meja belajar. Aku pun melanjutkan ceritaku di depan laptop.
Keesokan paginya pukul empat lebih tiga puluh menit usai shalat subuh dan Al-Ma’tsurat. Setelah itu banyak pesan yang masuk di antaranya nomor handphone laki-laki yang tak jelas itu dengan isi pesan yang membuatku angry. Kucoba untuk menghubunginya ternyata benar seorang laki-laki yang katanya ingin kenalan. Ia mengaku dapat nomor handphoneku dari seseorang yang tak mau menyebutkan namanya. Aku sebel dengan orang itu sambil memohon ampun untukku dan untuknya kepada Maha Pengampun dan Maha Penyayang.
***
            Sebut saja aku Bunga dengan sosok yang penuh lembut, semangat dan anggun. Hmmm, jangan bayangin penulisnya yah. Bunga anak yang pendiam namun mudah bergaul dengan siapa saja. Terkadang orang-orang yang di sekilingnya penuh keheranan terhadap dirinya. Segi penampilan alhamdulillah ia selalu menutup auratnya dengan balutan jilbab yang cukup lebar dan ia paling suka jilbab yang berwarna merah marun bermotifkan bunga-bunga. Entah kenapa sikapnya yang berubah baik itu mengejutkan banyak orang terutama sahabat dekatnya, Ayu. Sewaktu dulu di SMA ia tidak seperti itu, ia anak yang malas dan egois. Astagfirullahaladzim. Aku mohon ampun pada-Mu ya Allah.
Pada dasarnya setiap orang pasti pernah berbuat salah. Siapapun orangnya. Apalagi jika saat iman sedang futur dan kesempatan terbuka lebar dalam kemaksiatan mungkin terjadi. Sekali berbuat akan merasa berdosa, tapi jika dilakukan terus-menerus perasaan dosa itu akan hilang begitu saja tanpa ada rasa takut di azab oleh-Nya. Seseorang yang merasa enjoy melakukan dosa bahkan merasa benar apa yang dilakukannya berarti Allah sudah membencinya. Na’udzubillah.
Alhamdulillahnya hidayah itu pun datang ketika kita sudah niat untuk menjemput hidayah yang Allah berikan kepada kita. Hidayah itu butuh ikhtiar kita bukan berarti menantinya. Hidayah itu sangat mahal dan sulit untuk ditemukan dan didapatkannya lagi. Maka dari itu Bunga sangat membenci ketika dapat SMS yang membuat ia penuh kekhawatiran akan terjebak kembali dalam kemaksiatan seperti dulu. Memang benar Allah yang Maha Pemberi ampunan namun bukan berarti kita sesuka hati melakukan kesalahan yang sama kemudian bertobat, dan melakukan dosa lagi, lalu tobat lagi, seperti itu lagi.  Sebagaimana Allah SWT. Berfirman:
            ”Dan janganlah kamu mendekati zina, (zina) itu sungguh perbuatan keji dan suatu jalan yang buruk”. (QS. Al-Isra: 32).
Kalau tidak ada aturan halal dan haram, mungkin sekarang kita sedang menikmati semua kenikmatan duniawi tanpa rasa takut. Benar gak?
            ” Kemudian setan membisikkan pikiran jahat kepada mereka agar menampakkan aurat mereka (yang selama ini) tertutup…..”. (QS. Al-Araf: 20)
Sudah jelas ayat di atas bahwa syaitan selalu saja menggoda manusia kapanpun ia mau. Seperti kisah nabi Adam bersama istrinya Hawa ketika di surga ia telah terbujuk oleh bisikan syaitan untuk mencicipi buah yang Allah larang, hingga akhirnya Nabi Adam dan Hawa turun dari surga. Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Begitu pun dengan cinta, semua orang pasti merasakannya. Cinta ibarat udara yang sangat berarti dalam setiap kehidupan manusia. Cinta itu bagaikan angin yang tidak dapat dilihat, diraba, dan disentuh tapi dapat dirasakan kehadirannya dengan ketenangan dan kenyamanan. Walau hanya menutup mata karena cinta itu hadir dalam hati. Semua yang kita lakukan pada dasarnya tergantung pada niat. Jangan mengatasnamakan cinta apabila diri kita jadi harus saling merusak. Benar tidak? Cinta itu suci jangan dikotori dengan perbuatan yang bisa mengotori cinta. Cinta yang hakiki adalah cinta pada Allah. Semoga kita tidak menuruti hawa nafsu kita yang ingin merusak hati. Simpanlah segala bentuk ungkapan cinta dan derap hati rapat-rapat, Allah akan menjawabnya dengan lebih indah di saat waktu yang tepat.
Mencintai, dicintai fitrah manusia
Setiap insan di dunia akan merasakannya
Indah, ceria, kadang merana
Itulah rasa cinta
Berlindunglah pada Allah dari cinta palsu
Melalaikan manusia hingga berpaling dari-Nya
Menipu daya dan melenakan
Sadarilah wahai kawan
Cinta adalah karunia-Nya
Bila dijaga dengan sempurna
Resah menimpa gundah menjelma
Jika cinta tak dipelihara
Cinta pada Allah
(The Fikr: Cinta)
Saudaraku memang benar kita tidak boleh berhenti belajar dan terus memperbaiki diri. Karena Allah senantiasa mengawasi kita dari sudut manapun kita berada. Ada kata-kata indah yang menjadi penyemangat untuk kita terus melakukan evaluasi diri dari ustadz Salim A Fillah.
Saat kita sendiri maupun bersama
Saat sunyi maupun riuh
Saat tersembunyi maupun teramati manusia
Di pojok kamar yang sempit maupun di lapangan luas
Semua tercatat dan terekam
Lalu bertanyalah kita:
Rekaman itu dipenuhi maksiat atau taat?
(Salim A Fillah: Saksikan bahwa Aku Seorang Muslim)
Kemudian SMS taushiyah dari murabbiyahku:
Beruntunglah orang-orang yang terus memperbarui semangatnya dalam pergantian waktu, menjaga niat tetap dalam kebaikan dan menemukan ALLAH dalam setiap gerak langkahnya. Sungguh hanya cinta-Nya yang membuat kita tetap tegak di kala yang lain terkapar, tetap teguh di kala yang lain rapuh, tetap ISTIQOMAH di kala yang lain lemah. Semoga kita termasuk orang-orang yang selalu mengingat-Nya dalam berbagai keadaan. Amin Ya Robbal’alamin.
Mari saudaraku untuk tetap bermuhasabah setiap waktu dan selalu meluruskan niatan kita. Semoga cinta kita akan indah pada waktunya.

Pernikahan Mandiri

Hari ini dapat sebuah pelajaran. Sangat berharga sekali, khususnya untuk saya yang belum menikah. Mungkin di luar sana ada beberapa kasus serupa, tapi saya baru “ngeh” kali ini karena terjadi di depan mata saya.
Kasusnya seperti ini, si fulan yang telah menjalani kehidupan rumah tangga beberapa tahun. Sudah memiliki dua orang anak. Kehidupannya bisa di bilang sangat baik dari segi ekonomi dan hal lainnya. Tapi sayangnya, lama-lama saya amati ada hal yang mengganjal pikiran saya. Untuk menegurnya pun saya belum bisa, jadi untuk sekarang hanya cukup sekedar saya jadikan pelajaran.
Kenyamanan kehidupan si fulan saat ini masih campur tangan dari orang tuanya. Dia bekerja pada perusahaan milik orang tuanya yang seharusnya bisa bersikap profesional namun sayangnya hal tersebut belum mampu di tunjukkan untuk dapat di jadikan tauladan yang baik bagi karyawan lainnya.
Beberapa waktu lalu, saya mengetahui jika anak sulung si fulan mengalami diare yang parah hingga masuk ke rumah sakit. Tanpa ba bi bu lagi, fulan langsung mengabarkan kepada ayahnya. Tak ada yang salah. Hanya sebenarnya tak pantas merepotkan orang tuanya untuk permasalahan rumah tangga yang seharusnya bisa di usahakan sendiri dahulu secara maksimal. Karena pada saat ia menghubungi ayahnya, ayahnya sedang berada di luar kota untuk mengurus pekerjaan. Karena naluri ayah yang penyayang, otomatis ia pun langsung pulang ke Jakarta lebih cepat dari jadwal sebelumnya.
Kemudian, hal yang baru saja saya mengetahui dan membuat saya ngeh adalah ketika si fulan bermasalah dengan khadimatnya, dia bercerita lagi dengan orang tuanya. Otomatis lagi, orang tuanya langsung bertindak dan kerepotan pada akhirnya. Tapi yang namanya orang tuanya tak pernah merasa di susahkan oleh anak.
Dari kejadian tersebut bisa saya simpulkan. Ketika kita memasuki jenjang pernikahan, maka terputuslah urusan antara kita dengan orangtua. Jika sebelumnya kita berstatus anak yang menjadi awak penumpang yang di nakhodai oleh orangtua, maka ketika telah menikah kita adalah nakhoda. Jika dulu kita hanya mengikut saja ke mana nakhoda itu mengemudikan kapalnya, maka peran kita sebagai nakhoda kini yaitu mengemudikan kapal kita sendiri. Kita sudah menjadi nakhoda yang memiliki tugas membawa anggota keluarga kita mengarungi bahtera luas menuju dermaga kebahagiaan. Ada saatnya ombak mengguncang kapal yang kita kemudikan, namun hal itu adalah salah satu resiko berlayar. Sebagai nakhoda kita harus memiliki tanggung jawab untuk bisa membawa penumpang berlayar kembali pada posisi aman dengan cara yang baik. Dengan mandiri, tanpa campur tangan orangtua. Jika memang mampu kita usahakan sendiri bersama pasangan.
Yang pastinya tampuk kepemimpinan kini adalah di tangan kita bukan orangtua. Tak apa jika kita meminta saran kepada orangtua tanpa membuat beliau risau. Usahakan jika yang terlihat oleh orangtua dan masyarakat adalah kebahagiaan rumah tangga kita. Insya Allah bisa menjadi contoh yang baik
Orangtua yang telah lelah mengasuh kita sedari kecil hingga mengantar kita ke gerbang pernikahan, kehidupan kita yang baru. Lalu beliau masih direpotkan oleh urusan rumah tangga anak-anaknya. Saya pribadi tak ingin merepotkan orangtua saya ketika nanti menikah. Semoga Allah selalu meringankan kita dalam berbuat kebaikan.
Tulisan ini bukan bermaksud untuk menjudge pihak manapun, hanya ingin berbagi. Serta mengingatkan diri sendiri ketika nantinya melangkah menuju gerbang pernikahan. Paling tidak dengan belajar dan mengamati saat ini bisa menjadi bekal untuk saya nantinya. Bukankah baiknya kita membuka mata, telinga, pikiran dan hati kita lebar-lebar guna terus mengais hikmah dari setiap kejadian, supaya selalu ada hikmah yang bisa di ambil dan bisa menjadi rambu untuk berhati-hati dalam melangkah menuju masa depan.

Antara Rasa Cinta dan Kegalauan

Sahabat semua, kali ini kita akan membicarakan tentang cinta. Jika berbicara tentang cinta, dibahas 2 hari dua malam pun tak ada habisnya, karena kedalaman cinta itu lebih dalam dari samudra yang luas dan tingginya nilai cinta lebih tinggi dari angkasa yang membumbung. Pernah saya dengar ketika sekolah dasar bahwa cinta adalah sebuah kependekan dari C (cerita) I (indah) N (namun) T (tiada) A (arti) hehe :D
Nah, berbicara tentang cinta ternyata cinta itu bermacam-macam dan banyak versinya mulai dari cinta orang tua pada anaknya sampai cinta manusia dengan hewan peliharaannya, dan sekarang kita akan membahas tentang cinta kita kepada lawan jenis atau intinya saya akan membahas fenomena kebanyakan remaja sekarang yaitu PACARAN.
Berbicara tentang pacaran, maka yang terbayang adalah sebuah kesenangan antara sepasang manusia yang menjalin hubungan kasih, padahal kalau di analisa secara detail ternyata pacaran justru membuat hidup kita tidak bahagia, membuat galau bahkan bisa membaut masa depan kita hancur, gak percaya?? Begini ceritanya, xixixi.
Banyak remaja pacaran dengan alasan agar aktivitas belajar dan sekolah mereka jadi bersemangat. Memang benar dengan berpacaran remaja akan menjadi senang jika ke sekolah, karena ketemu dengan pacarnya. Namun ada sebuah kisah menarik yang dialami oleh abang penulis sendiri. Pada saat abang saya duduk di kelas 12 SMA, dan memiliki wajah yang ganteng itu, berpacaran dengan seorang cewek paling cantik di sekolahnya, anggota PASKIBRAKA nasional dan anak Dokter, pokoknya nyaris perfect lah. saat ketahuan oleh ibu saya pacaran, abang saya beralasan bahwa dia berpacaran biar semangat pergi ke sekolah, dan benar abang saya semangat pergi ke sekolah, tapi bukan semangat buat belajar melainkan semangat untuk berpacaran. Dan tentunya abang saya beranggapan wanita tersebut akan setia dengannya, namun yang terjadi di luar dugaan, tujuh hari sebelum Ujian akhir, abang saya diputusin oleh pacarnya yang sangat dicintainya itu, kemudian yang terjadi abang saya menjadi galaunya bukan main, karena patah hati. Dan galau karena patah hati tidak bisa sembuh seminggu atau dua minggu bahkan bisa berbulan-bulan. Dan akhirnya gara-gara galau akibat patah hati, abang saya tidak focus ujian dan akhirnya nilainya jeblok dan SNMPTN tidak lulus sehingga dapat dikatakan pada waktu itu masa depannya terancam suram.
Itulah sebuah kisah tragis tentang cinta, dimana bila kita belum punya timing yang tepat dalam menjalin kasih yang terjadi ialah sebuah kegalauan yang menghancur luluh lantakkan hati, pikiran bahkan masa depan kita. Oleh karena itu maka yang masih menjalani kehidupan sebagai remaja atau profesi lainnya, sadarilah bahwa berpacaran itu banyak ruginya dan bila kamu seorang cowok, maka ketika berpacaran biasanya cowok paling dirugikan secara financial, bahkan mungkin ada cowok yang dia rela tidak memakai uang jajannya tiap hari dan menabungnya agar bisa weekend nan dengar pacarnya di akhir pekan, bahkan ketika pacarnya akan berulang tahun sang cowok rela menabung sampai terkumpul ratusan ribu rupiah untuk dibelikan kado pacarnya.
Namun sebuah ironinya ialah kenapa sang cowok tidak melakukan hal yang sama untuk ibunya, pernahkah kita menabung uang yang cukup banyak dengan niatan membahagiakan ibu kita?? Sebagian kita sering memberikan coklat kepada calon pasangan kita saat hari Valentine namun pernahkah kita dari dulu sampai sekarang saat hari ibu memberikan uang, kado atau coklat?? Padahal harusnya ibu kita lebih wajib kita bahagiakan daripada pacar kita, karena ibu kita sudah mengurusi kita dari kecil sampai sekarang dan pacar kita, baru kita kenal satu atau dua tahun ini tapi mengapa kita lebih care dan perhatian kepada pacar kita? Di manakah hati nurani para pemuda kita???
Kemudian alasan seseorang ketika memutuskan untuk berpacaran ialah karena ingin saling kenal lebih dalam sebelum menuju jenjang pernikahan, dan kalau memang alasannya untuk saling kenal mengenal kenapa ada artis sudah pacaran sembilan tahun bahkan nikahnya di tanah suci Mekah dan saat kembali ke Indonesia baru dua tahun nikah sudah bercerai, padahal sudah pacaran selama sembilan tahun, tapi kenapa usia pernikahannya hanya seumur jagung????
Dan kalau kita perhatikan, kakek, nenek atau orang tua kita dulu biasanya nikah tidak pakai pacaran tapi langsung nikah dan dijodohkan oleh orang tua mereka dan ternyata walaupun tidak didahului pernikahan hubungan mereka langgeng sampai puluhan tahun tidak ada perkara rumah tangga yang membuat mereka berpisah, namun tidak menampik sebagian kecil ada yang tidak baik. Oleh karena itu ketika berpacaran seseorang hanya saling kenal-mengenal tentang kelebihannya dirinya dan pasti akan menutupi kekurangan dirinya sehingga tabiat-tabiat jelek se orang pasangan akan terlihat saat setelah pernikahan.
Pacaran pun akan berakibat ruginya si cewek, cewek yang dia rela dipacari oleh seorang lelaki maka ia maaf, tidak ada bedanya dengan mangga yang dijual di pasar, lho kok bisa? Bisa, mangga yang dijual di pasar sering dipegang-pegang sebelum dibeli, di cium berkali-kali tapi banyak yang tidak jadi membeli mangga tersebut. Sama dengan cewek yang pacaran sudah dipegang-pegang, di cium-cium tapi tidak jadi dinikahi dan berarti dia barang Second :D hehe oleh karena itu jika ingin mengenal calon pasangan kita, lihatlah sahabat terdekatnya siapa, pasti gak jauh berbeda dengan sifat orang calon pasangan kita. Dan tentunya dalam Islam tidak mengenal istilah pacaran, barang siapa dia berpacaran berarti dia melakukan sebuah perbuatan yang mendekati Zina dan itu sangat tidak diridhai Allah.
Wallahualam.